Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa situasi perekonomian di luar Indonesia atau dalam hal ini dunia sedang tidak baik-baik saja. Terjadinya inflasi karena disrupsi supply yang mengakibatkan tidak bisa terpenuhinya lonjakan permintaan yang tinggi.
"Dua tahun berlalu kita berharap pemulihan ekonomi terjadi, dan memang terjadi mulai tahun lalu. Meski terkena disrupsi dengan varian delta, varian omicron, ekonomi tetap menderu untuk pulih kembali," kata Sri Mulyani dalam acara Dies Natalis 7 PKN STAN, Jumat (29/7/2022).
Baca Juga: Keren! Kredit Perbankan Tumbuh 10,66% di Tengah Tekanan Inflasi dan Ekonomi Global
Menurutnya, dengan ditemukannya vaksin dan dimulai kembali normalisasi pascapandemi Covid-19, masyarakat kembali bergerak menggerakkan perekonomian dunia. Hal ini menyebabkan inflasi karena persediaannya tidak mendukung atau tidak tercukupi, ditambah dengan pecahnya perang di Ukraina.
"Perangnya ada di Eropa sebelah sana, (tapi) dampaknya ke seluruh dunia," ujarnya.
Terjadinya krisis pangan dan energi dilatarbelakangi oleh fakta di mana Ukraina maupun Rusia merupakan produsen terbesar di dunia. "Krisis pangan terjadi karena Ukraina dan Rusia merupakan produsen pangan terbesar di dunia, termasuk juga pupuk. Krisis energi juga disebabkan Rusia merupakan produsen energi terbesar di dunia," imbuh Sri Mulyani.
Maka, lanjutnya, situasi inflasi sudah muncul karena pemulihan ekonomi yang begitu cepat tanpa diikuti oleh supply, ditambah dengan disrupsi perang. "Dunia tidak baik-baik saja," ujarnya.
Lebih lanjut, ia turut menjelaskan bagaimana hubungan inflasi yang terjadi di Amerika Serikat, Eropa, dan Inggris dapat memengaruhi Indonesia. Ia menjelaskan, dengan terjadinya inflasi di 3 negara tersebut, otoritas moneter di berbagai negara melakukan respons kebijakan, mengetatkan likuiditas, dan meningkatkan suku bunga. Hal ini menyebabkan arus modal keluar.
"Anda bertanya apa hubungannya dengan kita? Kalau seandainya kenaikan suku bunga dan likuiditas cukup kencang, perlemahan ekonomi global pasti terjadi," jelasnya.
Sebagaimana diketahui, pagi ini AS secara teknikal masuk resesi disebabkan oleh gross kuartal kedua yang negatif. Satu minggu yang lalu, Republik Rakyat Tiongkok (RRT) gross kuarta kedua-nya nyaris 0.
Baca Juga: Warga Indonesia Bisa Berbahagia, Kemenkeu Bawa Kabar Baik!
"Apa hubungannya dengan kita lagi? AS, RRT, Eropa adalah negara tujuan ekspor Indonesia. Jadi kalau mereka melemah, permintaan terhadap ekspor turun, harga komoditas juga turun," ujarnya.
Meskipun, lanjut Sri Mulyani, Kemenkeu menyapaikan APBN hingga Juni alami surplus, Indonesia tetap tidak boleh sombong atau berbangga diri dulu karena sebagaimana diketahui kondisi perekonomian global akan sangat cair dan dinamis.
"Berbagai kemungkinan terjadi dengan kenaikan suku bunga capital out flow di seluruh negara berkembang dan emerging, termasuk Indonesia. Itu bisa memengaruhi nilai tukar suku bunga, dan bahkan inflasi di Indonesia," kata Sri Mulyani mengingatkan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Martyasari Rizky
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: