Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Eritrea, Negara Tanduk Afrika Salah Satu Pemilik Utang Tertinggi di Dunia

Eritrea, Negara Tanduk Afrika Salah Satu Pemilik Utang Tertinggi di Dunia Bendera Ethiopia dan Eritrea berkibar saat upacara penyambutan Menteri Luar Negeri Eritrea Osman Saleh dan delegasinya di Bandara Internasional Bole di Addis Ababa, Ethiopia 26 Juni 2018. | Kredit Foto: Reuters/Tiksa Negeri

Posisi Eritrea, dibandingkan dengan bagian dunia lainnya, telah meningkat pada tahun 2018 dalam hal persentase PDB. Saat adalah negara nomor 187 dalam daftar utang terhadap PDB dan 40 dalam utang per kapita, dari 190 yang dipublikasikan.

Sementara itu, rasio utang publik terhadap PDB Eritrea turun sebesar 9,1 poin persentase menjadi 175,6 persen pada tahun 2021 dibandingkan dengan tahun 2020; negara tetap dalam kesulitan utang.

Baca Juga: Jepang Duduki Peringkat Pertama Negara dengan Utang Tertinggi di Dunia

Surplus transaksi berjalan melebar menjadi 13,5 persen dari PDB pada tahun 2021 dari 11,4 persen pada tahun 2020, mencerminkan kenaikan permintaan global untuk dan harga logam (logam menyumbang sekitar setengah dari total ekspor). Cadangan devisa diperkirakan mencapai 4 bulan impor pada tahun 2020.

Pada gilirannya, sebagai sebuah ukuran baik atau buruk sebuah utang itu perlu kiranya melihat suatu pembanding. Jika sekitar 60 persen atau kurang dari PDB tidak dianggap sebagai masalah. Pemerintah dapat melakukan pembayaran tanpa beban dan bahkan memiliki ruang untuk meminjam lebih banyak. Jika tingkat utang mencapai 80-90 persen itu bisa berdampak negatif terhadap perekonomian. Utang di atas 120 persen dari PDB cukup merugikan.

Dengan data yang telah dijabarkan sebelumnya dan ukuran sehat atau tidaknya ekonomi Eritrea jika dihadapkan dengan utang, maka negara yang beribukota Asmara itu memiliki kondisi buruk yang bisa berdampak negatif.

Prospek pertumbuhan jangka pendek tetap menantang mengingat kendala fiskal dan peluang terbatas di bawah pembatasan yang ada. Pemulihan di bidang pertanian diperkirakan akan melambat.

Negara ini tetap berada dalam situasi ekonomi makro yang sulit dengan beban utang yang tidak berkelanjutan (termasuk tunggakan ke Bank Dunia) dan sektor keuangan dan eksternal yang rentan.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: