Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Subsidi BBM di Malaysia Dinilai Lebih Kecil dari Indonesia, Harga Pertalite Diharapkan Bisa Turun

Subsidi BBM di Malaysia Dinilai Lebih Kecil dari Indonesia, Harga Pertalite Diharapkan Bisa Turun Kredit Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pengamat Kebijakan Publik, Bambang Haryo Soekartono (BHS) membeberkan bila subsidi harga BBM Petrol 95 (oktan 95) yang ada di Malaysia lebih kecil dari subsidi harga BBM Pertalite oktan 90 yang ada di Indonesia.

"Saya melakukan cek langsung ke Malaysia ternyata harga petrol 95 yang oktannya setara dengan pertamax plus sebesar 2,05 ringgit dengan kurs ringgit 3.339 atau setara dengan Rp6.844 subsidi dari petrol 95 di Malaysia sebesar 0,45 ringgit atau setara dengan Rp1.502 sehingga harga tanpa subsidi di malaysia sebesar 2,5 ringgit atau setara dengan Rp8.347 rupiah," kata Bambang Haryo yang juga Ketua Harian Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Jawa Timur, di Jakarta, Kamis (4/8/2022). 

Anggota DPR-RI periode tahun 2014-2019 itu menambahkan harga pertalite per juli 2022 bila tanpa subsidi adalah sebesar Rp17.200 per liter, sementara subsidi dari pemerintah untuk pertalite sebesar Rp9.550 per liter agar masyarakat bisa membeli dengan harga sebesar Rp7.650 rupiah per liter yang masih jauh lebih mahal dari harga petrol 95 di Malaysia, sehingga jelas subsidi di Malaysia jauh lebih kecil dari pada subsidi BBM yang ada di Indonesia. 

Baca Juga: Tak Tambah Alokasi Pertalite, Pengamat Ingatkan Bahayanya Kelangkaan BBM Buat Pemerintah, Simak!

Demikian pula pertalite hanya memiliki oktan 90 sedangkan petrol 95 memiliki oktan 95 sehingga perbedaan petrol 95 dengan  pertalite ada 5 oktan, padahal penurunan per 1 oktan rupiahnya sangat besar, misalnya di Malaysia petrol 97 yang mempunyai oktan 97 harga tanpa subsidi adalah 4,55 ringgit atau setara dengan Rp15.192, sedangkan petrol 95 yang mempunyai oktan 95 tanpa subsidi adalah 2,5 ringgit atau setara dengan Rp8.347, sehingga beda 2 oktan saja sebesar 2,05 ringgit atau setara dengan Rp6.844. 

"Sedangkan pertalite mendapatkan subsidi dari pemerintah (Kementerian ESDM) sebesar Rp9.550 per liter bila dengan harga yang sebenarnya sesuai dengan perhitungan yang ada di Malaysia dengan subsidi uang rakyat tersebut maka seharusnya rakyat membeli bahan bakar pertalite jauh lebih murah atau bahkan gratis," tegas pemilik sapaan akrab BHS.

Ditambahkan BHS, ada kejadian yang menarik di Malaysia harga produk dari shell company yaitu shell v power oktan 95 sama dengan harga petrol 95 sebesar 2,05 ringgit atau setara dengan Rp6.844, bila tanpa subsidi dari pemerintah shell di Malaysia menjual dengan harga sebesar 2,5 ringgit atau setara dengan Rp8.347 rupiah, tetapi harga shell di Indonesia untuk shell oktan 95 yaitu shell v power oktan 95 adalah sebesar Rp18.300 yang jauh lebih mahal dari shell v power petrol 95 yang dijual di Malaysia. 

Baca Juga: Harga Pertalite di Indonesia Dibandingkan dengan Negara Lain, Ketua DPD RI LaNyalla Mattalitti Singgung Penghasilan Masyarakat Indonesia

Alumnus ITS Surabaya ini menjelaskan bahan bakar adalah merupakan komoditas yang sangat vital karena  menguasai hajat hidup orang banyak, maka sudah seharusnya Presiden bersama DPR ikut terlibat untuk menghadapkan ketiga lembaga diatas dengan Komisi Persaingan Usaha dan Badan Perlindungan Konsumen serta Yayasan Lembaga Konsumen, karena bila dibiarkan akan membawa dampak ekonomi yang demikian luas dan tentu mengikabatkan inflasi yang sangat tinggi.  

Apalagi Anggaran APBN yang diberikan pertamina sebagai subsidi adalah tidak wajar. "Oleh karena itu,  Kementerian Keuangan bersama BPK dan KPK harus turun menyelesaikan permasalahan diatas, bila perlu independen masyarakat ikut terlibat mengaudit kebenaran harga pertalite , pertamax yang ada saat ini," ujarnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: