Adopsi Teknologi Meningkat, Sejumlah Organisasi di Indonesia Justru Masih Tertinggal soal Ketangkasan Digital
Sebuah studi yang dilakukan oleh Workday, perusahaan global yang menyediakan aplikasi cloud di bidang manajemen keuangan dan sumber daya manusia, menemukan bahwa 9 dari 10 (88%) organisasi di Indonesia masih tertinggal tingkat kematangannya dalam ketangkasan digital (digital agility).
Organisasi-organisasi tersebut masih berada pada tahap lambat ataupun taktis dalam tingkat kematangan ketangkasan digital mereka. Hal ini tetap terjadi kendati adanya peluang untuk mempercepat transformasi digital dan adopsi teknologi yang meningkat selama pandemi.
Hasil studi ini menemukan kurangnya keterampilan dalam mendapatkan serta mempertahankan talenta (talent acquisition dan talent retention) merupakan tantangan terbesar dalam mengejar transformasi digital, menurut organisasi-organisasi Indonesia ini.
Baca Juga: Permintaan GoRide Elektrik Meningkat, Electrum Siap Perkuat Bisnis Kendaraan Listrik
“Meskipun ada kemajuan besar dengan semakin banyak organisasi yang membuat lompatan untuk menjadi agility leaders, fakta bahwa mayoritas organisasi di Asia Pasifik masih tertinggal menciptakan peluang untuk membantu organisasi-organisasi tersebut berakselerasi secara digital,” kata Sandeep Sharma, President for Asia, Workday, dalam keterangan tertulisnya, Kamis (4/8/2022).
Dia menambahkan, "dengan ketangkasan yang sekarang menjadi sumber utama keunggulan kompetitif dalam ekonomi yang serba digital saat ini, organisasi yang didukung oleh proses berbasis data dan menggunakan keterampilan dan budaya kerja digital berada pada posisi terbaik untuk berkembang di dunia yang terus berubah saat ini.”
Sementara itu, Lawrence Cheok, Associate Research Director of Digital Transformation, IDC, bilang, disrupsi yang belum pernah terjadi sebelumnya yang disebabkan oleh pandemi COVID-19 memaksa banyak organisasi untuk mempercepat transformasi digital mereka. Oleh karena itu, tidak mengherankan menyaksikan peningkatan adopsi teknologi yang mendorong peningkatan ketangkasan.
Namun, ketangkasan digital yang sesungguhnya adalah tentang memanfaatkan perubahan untuk berkembang.
"Untuk melakukannya, organisasi perlu meniru para agility leaders dan membuat lompatan dari transformasi taktis ke strategis dalam keseluruhan perusahaan, baik dalam hal budaya perusahaan, karyawan, proses, dan implementasi teknologi mereka,” tuturnya.
Bekerja sama dengan International Data Corporation (IDC), studi IDC-Workday Digital Agility Index Asia/Pacific 2022 ini menyoroti sejauh mana organisasi-organisasi di Asia Pasifik (APAC) telah berkembang dalam hal ketangkasan digital sejak pandemi COVID-19.
Pertama kali dimulai pada tahun 2020, studi ini menilai dan menentukan peringkat organisasi-organisasi tersebut pada Indeks Ketangkasan Digital/Digital Agility Index (DAI). Dari skor masing-masing, organisasi-organisasi tersebut dapat diidentifikasi sebagai “Agility Leaders” apabila mereka berada di tingkat tangkas (agile) atau terintegrasi (integrated) dalam hal tingkat kematangan ketangkasan digital, atau “Agility Followers” apabila mereka dianggap berada di tingkatan lambat (slow) atau taktis (tactical).
Indonesia naik ke posisi delapan dalam Indeks Ketangkasan Digital
Studi ini menemukan di sembilan negara Asia Pasifik yang disurvei, kemajuan dalam ketangkasan digital tidak merata. Di Indonesia, kendati hanya 1 dari 10 organisasi (12%) yang sudah berada di tahap ketangkasan digital yang maju, peningkatan adopsi teknologi selama pandemi membantu Indonesia untuk naik peringkat dalam Indeks Ketangkasan Digital tahun ini dibandingkan dengan tahun 2020. Indonesia naik ke posisi delapan, menyalip Thailand yang menempati peringkat sembilan karena adopsi teknologi yang sedikit lebih rendah.
Organisasi di Australia mencapai kemajuan terbesar dalam upaya transformasi digital dan menempati peringkat pertama tahun ini, diikuti oleh Singapura, Selandia Baru, Korea Selatan, dan Hong Kong. Taiwan, negara yang baru diikutsertakan dalam penelitian kali ini, menempati peringkat keenam, diikuti oleh Malaysia.
Dari perspektif regional, hanya 38% organisasi di Asia Pasifik yang sudah maju dalam hal ketangkasan digital. Namun, secara keseluruhan terdapat kemajuan karena angka ini meningkat 18 poin persen jika dibandingkan dengan tahun 2020.
Untuk 62% organisasi di Asia Pasifik yang masih tertinggal dalam ketangkasan digital (agility followers), adopsi teknologi sering didorong oleh persyaratan fungsional dan kebutuhan bisnis seperti e-commerce, keamanan, dan kerja jarak jauh (remote working) selama pandemi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: