Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pertambahan Jumlah Penduduk Dunia Ternyata Pengaruhi Kebutuhan Minyak Sawit, Bakal Ada Kelangkaan?

Pertambahan Jumlah Penduduk Dunia Ternyata Pengaruhi Kebutuhan Minyak Sawit, Bakal Ada Kelangkaan? Kredit Foto: Antara/Muhammad Bagus Khoirunas
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dunia diperkirakan akan kekurangan minyak nabati termasuk minyak sawit (crude palm oil/CPO) pada 2050 mendatang. Hal itu sesuai dengan proyeksi Oil World yang menyebutkan pada 2050 seiring pertambahan jumlah penduduk maka permintaan terhadap minyak sawit juga akan tinggi. 

Senada dengan hal tersebut, Direktur Eksekutif PASPI, Tungkot Sipayung dalam Focus Group Discussion 'Mempercepat Hilirisasi Kebun Sawit Rakyat melalui Kemitraan Petani Sawit Rakyat dengan Pelaku Industri Sawit,' Kamis (4/8/2022) memberikan pandangannya.

Baca Juga: Faktanya Penggunaan Air pada Sawit Ternyata Ramah Lingkungan

"Di Indonesia juga kalau konsumsinya naik per kapita, saat ini sekitar 20 kg per kapita per tahun naik jadi 25 misalnya. Itu 25 yang terjadi di dunia pada 2050. Di Indonesia saja kebutuhan minyak goreng total 7 juta ton per tahun baik curah atau kemasan. Kalau bertambah penduduk jadi 300 juta, berapa totalnya?" kata Tungkot.

Terkait hal ini, Tungkot mengatakan bahwa pendirian pabrik minyak sawit makan merah nantinya dapat menutup kebutuhan minyak goreng di daerah-daerah.

"Jadi menurut saya tidak akan ada masalah soal pasar minyak sawit makan merah. Apalagi ini berbeda dengan produk yang lain. Minyak sawit makan merah targetnya bayangan saya lokal. Jadi misalnya pabrik minyak yang ada di Lembuhan Batu, yaitu hanya untuk daerah itu yang saya bayangkan. Tidak akan sampai ke Medan," jelas Tungkot. 

Baca Juga: Surplus Neraca Perdagangan Nasional Turut Disumbang dari Devisa Sawit

Sebelumnya, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (MenkopUKM) Teten Masduki mengatakan pemerintah Indonesia akan mengembangkan Red Palm Oil (RPO) atau minyak makan merah dan pabrik Crude Palm Oil (CPO) mini. Teten menjelaskan, langkah ini merupakan program hilirisasi produk kelapa sawit dan menjadi solusi untuk menjamin harga jual tandan buah segar (TBS) dari petani yang tidak stabil. 

"Ini solusi bagi para petani yang selama ini sangat tergantung menjual TBS-nya kepada industri, sementara industri minyak goreng itu terpusat di Jawa, sehingga petani kadang sulit menjual TBS atau harganya rendah karena mereka tidak punya teknologi untuk mengolah sawitnya menjadi CPO dan menjadi minyak makan," kata Teten.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Ayu Almas

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: