Dinamika menuju Pemilu 2024 diwarnai dengan kemunculan banyaknya makelar politik yang dapat panggung untuk menyampaikan narasi kebencian, melempar isu fitnah, hingga SARA.
Hal itu dinilai menganggu pendidikan politik kepada masyarakat. Demikian disampaikan Wakil Ketua Umum DPP Partai Garuda Teddy Gusnaidi. Dia menyindir agar makelar politik sebaiknya jangan diberikan panggung.
Namun, ia menyoroti saat ini ada segelintir politisi yang malah terkesan ikut narasi makelar politik. Meski demikian, Teddy tak menyebut politisi dan makelar politik yang dimaksud.
"Sayangnya ada segelintir politisi bukannya meluruskan malah mengikuti narasi yang dibangun oleh para makelar politik tersebut, sehingga anak bangsa saling membenci," kata Teddy, dalam keterangannya, Sabtu, 6 Agustus 2022.
Dia menekankan dalam UU Partai Politik, ada kewajiban parpol bisa memberikan pendidikan politik ke masyarakat. Ia bilang dalam pendidikan politik itu bukan berarti tidak ada intrik.
"Tentu intrik itu bagian dari pendidikan politik, karena namanya Pemilu adalah kontestasi, di mana akan ada benturan pemikiran dan benturan pendapat, di mana pertarungan pemikiran dan pendapat itu harus ada," jelas Teddy.
Dengan demikian, ia mengatakan masyarakat bisa memiliki dua atau lebih pendapat yang bisa membuat mereka memutuskan untuk memilih siapa Calon Presiden-Wakil Presiden. Begitu juga untuk memilih anggota legislatif dari parpol mana.
"Bukan memilih karena unsur SARA, karena termakan fitnah, termakan hasutan dan hal negatif lainnya," tutur Teddy.
Pun, ia meminta pendidikan politik jangan sampai hanya jadi bualan elite saat menyampaikan pidatonya bahwa harus mendukung penyelenggaraan pemilu yang sehat. Tapi, elite itu malah beri panggung dengan para makelar politik.
"Tapi masih memberikan panggung dan bekerjasama dengan para makelar politik," ujarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: