Bahkan, manfaat yang diberikan bukan hanya bagi petani, melainkan juga bagi ilmu kesehatan. Menteri Teten menyebut, misalnya hasil riset dari Jack Hennnlingfield, peneliti dari John Hopkins University, menyatakan bahwa kratom diperlukan untuk membantu masalah kesehatan di AS.
Senior Kebijakan Publik American Kratom Association (Senior fellow of public policy of AKA) Mac Haddow mengatakan, banyak penduduk Amerika yang membutuhkan pengobatan melalui kratom sehingga ekspor tanaman kratom dari Indonesia masih sangat dibutuhkan oleh Amerika Serikat.
Baca Juga: Asosiasi Amerika Serikat Ajak Indonesia Kerja Sama Kembangkan Kratom Jadi Komoditas Ekspor
"Kami menyambut baik dan terbuka untuk menjadi mitra Indonesia dalam mendapatkan sertifikasi FDA AS untuk mencabut peringatan impor karena adanya larangan pada bahan kratom sehingga perluasan pasar kratom bukan hanya bermanfaat bagi 200 ribu petani di Indonesia, melainkan juga penduduk Amerika," katanya.
Haddow menyebut, potensi perdagangan kratom sebelum pandemi sangat tinggi, tetapi saat ini terjadi evaluasi dampak ekonomi produk kratom di Amerika Serikat dan diperkirakan angkanya turun hanya mencapai 1,3 miliar dolar AS atau setara Rp19,32 triliun dalam informasi perdagangan Amerika.
"Sebenarnya potensi perdagangan itu jauh lebih tinggi dari angka tersebut, mengingat ada sekitar 15 juta populasi pendudk Amerika, bahkan bisa jadi masyarakat dunia yang mengharap bantuan dari pengobatan ini untuk menyelamatkan hidup mereka dan itulah yang terjadi di Amerika Serikat," katanya.
Di kesempatan yang sama, Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetik BPOM Reri Indriani menyatakan, BPOM sangat terbuka mengawal inovasi atau pun perkembangan kratom untuk dilakukan penelitian lebih lanjut sebagai obat, sepanjang benefitnya melebihi risikonya.
"Harus ada mitigasi risiko saat peredarannnya nanti. Intinya kami siap mengawal penelitan dalam pengembangannya, yang juga merujuk kepada keputusan kementerian terkait sebagai leading sector, dalam hal ini Kemenkes dan BNN," kata Reri.
Rekan Vendor Kratom AS Chris Japson mengaku, sejak dikenalkan tanaman kratom oleh rekannya sesama vendor Shawn Brady, Japson mengalami perubahan yang sangat signifikan pada penyakit nyeri punggung yang dialaminya bertahun-tahun.
"Setelah 17 kali bolak balik ke Indonesia, sampai datang langsung ke hutan bertemu petani untuk melihat kratom, saya mengalami kesembuhan. Hingga akhirnya saya memutuskan untuk mengembangkan kratom sebagai pengobatan agar orang lain yang juga merasakan sakit seperti saya bisa dibantu untuk sembuh," katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ayu Rachmaningtyas Tuti Dewanto
Editor: Puri Mei Setyaningrum