Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kebudayaan untuk Bumi Lestari: Pemulihan Kondisi Iklim Dunia Melalui Tradisi

Kebudayaan untuk Bumi Lestari: Pemulihan Kondisi Iklim Dunia Melalui Tradisi Kredit Foto: JakartaKita
Warta Ekonomi, Jakarta -

Berdasarkan data yang diperoleh dari United Nations Student Agriculture Organization, sepertiga makanan yang ada di dunia merupakan food waste. Sementara, World Bank mengatakan bahwa manusia menyumbang sampah 2 miliar ton per tahun. Lalu, 70 persen pencemaran senyawa berbahaya di udara berasal dari kendaraan bermotor.

Menanggapi hal tersebut, Direkrut Jendral Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Hilmar Farid memaparkan bahwa saat ini kebutuhan gaya hidup berkelanjutan makin membesar.

Baca Juga: Kebijakan Ketahanan Iklim Mampu Tekan Potensi Kerugian Ekonomi Rp281,9 Triliun hingga 2024

Dia juga mengatakan, pemerintah melalui perhelatan G20 selalu mengadakan pertemuan untuk membahas tentang peranan kebudayaan untuk mendukung pemulihan kondisi iklim dunia. Dalam pembahasan tersebut, dia menyadari bahwa tradisi masyarakat memiliki dampak pada pemilihan lingkungan hidup manusia.

"Kita kemudian juga melihat bahwa tradisi masyarakat di Indonesia terutama kesadarannya tentang kelestarian lingkungan itu tinggi gitu ya. Kurang lebih filosofinya, mengambil itu secukupnya. Dengan begitu, kita bisa menjaga kelestarian tetapi orang nggak kurang makan," kata Hilmar dalam Kebudayaan untuk Bumi Lestari, Kamis (11/8/2022).

Dia menyebut bahwa tradisi filosofis pada masyarakat adat tersebut masih sangat hidup dalam tatanan kehidupan masyarakat. Dia juga menyebut bahwa masyarakat adat menjaga kelestarian filosofi tersebut cara turun-temurun melalui ritual dan praktik kesenian.

"Kita lihat di dalam masyarakat itu masih sangat hidup dan mereka menjaga filosofi itu agar terus bisa berjalan turun temurun itu melalui ritual, melalui praktik kesenian juga, melalui banyak sekali ekspresi budaya yang sering kemudian oleh kita yang tidak terlalu masuk ke dalam itu melihatnya kayak oh kesenian. Padahal sebetulnya enggak, dia bagian dari satu sistem yang lengkap dan itu yang coba sekarang kita angkat kembali," katanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Andi Hidayat
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: