- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Kondisi Ekonomi Masih akan Menantang, Begini Cara Emiten untuk Pertahankan Kinerja
Kondisi ekonomi di tanah air dirasa masih akan menantang hingga 2 tahun ke depan karena situasi geopolitik maupun domestik yang dinamis.
Wakil Direktur INDEF, Eko Listiyanto menyatakan salah satu yang perlu diwaspadai adalah arus ekspor dari negara-negara Eropa karena perang Rusia dan Ukraina yang belum tentu selesai tahun depan.
“Tapi ini memang challenging situasinya apalagi tahun depan juga situasi politik makin panas sehingga dinamika ekonimi pasti akan terasa juga”, ujarnya, dalam acara “Emiten Talk”, di Jakarta, Kamis (11/8/2022).
Ia menambahkan, yang penting usituasi geopolitik tidak meluas hingga ke kawasan Asia degan semakin memanasnya konflik China dengan Taiwan akhir-akhir ini.
Menjawab tantangan untuk keluar dari situasi yang belum menentu tahun depan, Eko tetep optimis kita akan mampu keluar dari situasi sulit kendati ada potensi ancaman inflasi tinggi.
Baca Juga: Sri Mulyani: APBN Tak Bisa Angkat Seluruh Beban Ekonomi, Butuh Kerja Sama Seluruh Masyarakat
Salah satunya ia setuju dengan kebijakan pemerintah yang menahan laju inflasi dengan mempertahankan subsisdi sektor energi dan pangan. “Karena kan 2 sektor ini yang akan terasa pengaruh langsung ke masyarakat”, kata lulusan UI ini.
Kendati subsidi ini cukup menggerogoti anggaran pemerintah karena sudah mencapai 500 Trlliun. Namun ia berharap pertumbuhan ekonomi tetap di angka 4%-5%, apalagi ada kemungkinan harga minyak yang mulai turun kendati mungkin tidak bisa lagi ke kisaran US$70-80 karena Rusia adalah produsen minyak 3 besar dunia dan bukan anggota OPEC.
Dalam kesempatan yang sama, Dirut PT Bluebird Tbk (BIRD), Sigit Priawan Djoko Soetono menyampaikan salah satu strategi Blue Bird dalam menjawab tantangan saat ini dengan melakukan efisiensi dan melibatkan banyak karyawan terlibat di think tank.
Sehingga banyak muncul ide-ide kreatif untuk membuat perusahaan tetap agile. Selain itu juga tidak ada pengurangan karyawan. Namun ia juga mengakui, hubungan dengan suplier juga tetap tidak bisa diremehkan.
“Sehingga ketika kita mengalami kesulitan, renegosiasi bisa diterima, kendati triwulan pertama kita sempet bingung, mesti cutting cost, tapi kita nggak ada pengurangan”, kata Sigit.
Baca Juga: Pemulihan Ekonomi Perlu Dibarengi dengan Pertumbuhan Energi Hijau
Ia mengungkapkan jika di tengah pandemik perseroan malah menciptakan ide-ide baru melihat peluang yang tercipta.
“Misal bisnis B to B menjadi peluang baru karena ternyata banyak perusahaan yang tidak bersedia memelihata aset kendaraan dan memilih sewa,” ucapnya.
Terkait soal kebijakan gree economy, perusahaannya juga terus berusaha meningkatkan kebijakan pengurangan carbon. Yakni selain akan memperbanyak penggunaan bahan bakar CNG juga ke depan akan terus memperbanyak unit kendaraan listrik.
Namun ia mengakui untuk kendaraan listrik ini mesti dipikirkan ekosistem dan sarana penunjang lain. Seperti depresiasi kendaraan dan prasarana lain. Namun ia mengakui kendaraan listrik bisa menghemat konsumsi energi 70-80% dan sparepart hingga 50% namun harga kendaraan masih tergolong mahal.
Sementara itu, COO PT Champ Resto Indonesia Tbk (ENAK), Hendrik Alexander Mboi, mengemukakan jika perseroan memiliki kekuatan bertahan yang baik di tengah kondisi yang penuh tantangan. Hal ini dibuktikan saat pandemik 2 tahun terakhir ini. Perseroan selama masa pandemi 2 tahun ini, tidak melakukan pengurangan karyawan atau memutus kontrak.
Hingga kini perusahaan yang menaungi merk resto “Gokana” dan “Croco” ini, telah mempekerjakan 6 ribu orang dan mempunyai 300 outlet.
“Kami bisa bekerjasama dengan para suplier dan karyawan juga dengan kesadaran memiliki yang tinggi, mereka mampu melakukan efisiensi di semua lini, sehingga kami sama sekali tidak memecat karyawan. Kalau situasi ini kami hadapi sendirian jelas kami nggak akan mampu," jelas Hendrik.
Adapun, CFO PT Cisarua Mountain Dairy Tbk, Bharat Joshi juga mengakui salah satu kunci daya tahan perusahaan yang memproduksi yogurt Chimory ini adalah hubungan yang baik dengan para suplier, kendati saat ini situasi juga belum pulih seperti yang ia harapkan.
Baca Juga: Pemerintah Harus Pertahankan Momentum Positif Ekonomi dengan Jaga Daya Beli Masyarakat
Namun Bharat bersama dengan para direksi tetap bertekad untuk tidak akan menaikan harga produk kendati, sejak perang Rusia dan Ukraina, mulai terasa adaya kenaikan harga-harga bahan baku.
“Kami para direksi berpikir jangka panjang. Kalau menaikkan harga produk ini kan solusi jangka pendek”, kata Bharat. Mereka lebih memilih memikirkan dampak jangka panjang disamping kondisi keuangan yang masih cukup terbantu dengan kondisi kas keuangan yang masih cukup bertahan. Selain itu perusahaan juga tetap optimis, mengingat angka konsumsi susu masyarakat Indonesia yang masih jauh dibawah Malaysia dan Singapura.
Berdasarkan catatan BPS, untuk tahun 2020, jumlah konsumsi masyarakat kita masih di angka 16,27 Kg per kapita per tahun. Sementara Malaysia, 36,20 per kapita per tahun dan Singapura 50 Kg per kapita per tahun.
Dalam kesempatan ini, Bharat juga menyampaikan rasa optimismenya menatap tantangan ke depan mengingat, skill dan kompetensi SDM perusahaannya yang tidak kalah dibanding dengan SDM-SDM perusahaan multinasional.
“Dulu mungkin SDM kita kalah jauh dengan multinasional. Tapi saat ini kami lihat mereka sudah jauh lebih mempunyai skill yang memadai dan mampu berpikir strategis dengan cepat”, ujarnya.” Hal ini kami buktikan kami mampu bertahan di tengah situasi sulit tapi mereka mampu dengan cepat mengambil keputusan di saat perusahaan multi nasional masih berpikir ulang,” tutup Bharat.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri