Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Di Luar Dugaan! Situasi di Antarktika Memprihatinkan, Gambar Citra Satelit Bikin Panik

Di Luar Dugaan! Situasi di Antarktika Memprihatinkan, Gambar Citra Satelit Bikin Panik Kredit Foto: Antara/REUTERS/Natalie Thomas
Warta Ekonomi, Washington -

Citra satelit menangkap gambar selama 25 tahun terakhir terkait situasi di Antarktika. Gletser di tepi benua es itu pecah atau membelah lebih cepat dibandingkan kemampuan alam menggantinya kembali.

Penelitian pertama dalam bidang ini yang dipimpin peneliti dari Jet Propulsion Laboratory (JPL) NASA dipublikasikan di jurnal Nature. Hasil penelitian menimbulkan kekhawatiran baru tentang seberapa cepat pemanas global menipiskan es Antartika dan menaikan permukaan air laut.

Baca Juga: Ferdy Sambo Baru Ucapkan Belasungkawa, Pihak Brigadir J Kasih Sindiran: Agak Jauh dari Rusia ke Antartika

Penelitian ini menemukan jumlah es pada gletser Antartika yang pecah lalu kembali ke laut hampir sama banyaknya dengan es yang meleleh karena penipisan dari bawah yang disebabkan memanasnya air laut.

Penelitian itu menyebutkan sejak 1997 penipisan dan pembelahan mengurangi massa es Antartika sebanyak 12 triliun ton. Dua kali lipat dibandingkan perkiraan sebelumnya.

Ilmuwan JPL Chad Greene dalam penelitiannya mengatakan bongkahan es yang hilang karena pecah pada kuartal terakhir abad ini hampir 37 ribu kilometer persegi, hampir seluas Swiss.

"Tepi Antartika runtuh, dan ketika bongkahan es melemah dan menyusut, gletser besar di benua itu akan meningkatkan dan mempercepat kenaikan permukaan air laut," katanya dalam temuan NASA itu, Kamis (11/8/2022).

Ia mengatakan konsekuensinya bisa sangat besar. Antartika menahan 88 persen potensi permukaan air laut di seluruh daratan es.

Bongkahan yang menempel di daratan es yang mengapung permanen di air beku butuh ribuan tahun untuk terbentuk. Bongkahan itu berfungsi menahan gletser yang jika bongkahan itu tidak ada maka akan dapat masuk ke air laut dengan cepat dan kemudian menaikan permukaan air laut.

Ketika bongkahan itu stabil, siklus bongkahan itu pecah dalam jangka panjang dan terbentuk kembali ke ukuran sebelumnya cukup konstan. Tapi beberapa puluh tahun terakhir air yang menghangat memperlemah bongkahan dari bawah.  

Fenomena ini sebelumnya didokumentasikan satelit altimeter yang mengukur perubahan ketinggian es. Menurut NASA sejak 2002 sampai 2020 rata-rata Antartika kehilangan 149 juta ton es per tahun.

Tim peneliti Green mensintesis citra satelit dari panjang gelombang infra-merah yang terlihat dan radar untuk memetakan aliran gletser dan pecahan sejak 1997 dengan lebih akurat dari sebelumnya pada 50 ribu kilometer pinggir Antartika.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: