Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pengembangan EBT Bukan Cuma soal Potensi Energi Hijau di Indonesia

Pengembangan EBT Bukan Cuma soal Potensi Energi Hijau di Indonesia Kredit Foto: PLN
Warta Ekonomi, Jakarta -

Masifnya kampanye menggunakan energi bersih atau Energi Baru Terbarukan (EBT) dari energi fosil dinilai tidak selalu berbicara terkait besarnya potensi energi hijau di Indonesia, melainkan banyak faktor di belakangnya yang dapat memengaruhi.

Analyst, Climate Policy Initiative Prabu Siagian menyebut ada beberapa faktor yang dapat dilihat jika berbicara mengenai pengembangan EBT di Indonesia salah satunya adalah potensi geografis di bumi pertiwi.

"Tentang potensi geografis indonesia di mana setiap provinsi punya keunikan masing-masing, tapi di Indonesia potensi renewable sebesar 443 gigawat, 10 giga di antaranya sudah jadi kapasitas terpasang 62 gigawat lainya secara teori sudah bisa dipakai atau di powerplant sekarang tapi sulit," ujar Prabu dalam diskusi virtual, Kamis (18/8/2022).

Baca Juga: Beri Kepastian Investasi, Kementerian ESDM Janjikan Perpres EBT Segera Rampung

Prabu mengatakan, untuk dapat mengembangkan EBT juga harus diperhatikan kondisi tenaga kerja yang ada di Indonesia untuk dapat mengoperasikanya.

"Kita harus lihat potensi labor-nya apakah sudah mencukupi, juga jangan sampai EBT banyak, tapi labor-nya enggak ready, apakah Politeknik kita, universitas kita sudah banyak program terkait EBT," ujarnya.

Selain itu, lanjutnya, pemerintah haruas memastikan manufacturing capacity dan bahan bakunya tersedia, lalu jika memang ingin memproduksi sendiri, pastikan pula adanya multiplier effect yang besar.

Kemudian juga harus memastikan infrastruktur pendukung yang cukup untuk memastikan distributor dan transmisi berjalan dengan lancar.

"Kita kan juga ingin enggak asal bikin listrik terbarukan, harus dipikirkan menyambung listriknya ke pusat kota, dan juga energy storage-nya juga harus dipikirkan karena yang namanya terbarukan kan itu intermetern, kadang ada kadang tidak, jadi harus bisa disimpan untuk stabilitas sistem," ungkapnya.

Kemudian juga harus dipikirkan terkait pendanaanya, di mana proyek dari renewable energy memiliki Capex yang besar dan Opex yang kecil di dalamnya.

Dengan kata lain, Indonesia membutuhkan sejumlah uang yang cukup besar di awal untuk dapat membangun beberapa infrastruktur EBT.

"Financing power, duit yang dibutuhkan besar untuk proyek EBT di Indonesia, itu apakah mau dibiayai oleh pemerintah atau swasta atau keduanya, kalau pemerintah, apakah APBN kita cukup? Kalau swasta, apakah spend-nya menarik?" tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: