Dalam Presidensi G20 Indonesia 2022, dari agenda-agenda prioritas yang coba dikembangkan, Indonesia memutuskan untuk mengambil fokus prioritas utama dalam tiga bidang, yaitu perbaikan arsitektur kesehatan global, transisi ekonomi hijau, dan digitalisasi ekonomi.
Presicency Chair Sustainable Finance Working Group (SFWG) Bank Indonesia, Haris Munandar mengungkapkan tiga prioritas yang Indonesia usung dalam presidensi G20 tahun ini merupakan hal-hal yang esensial. Yang pertama terkait dengan kesehatan, meskipun saat ini secara global telah berada dalam masa pascapandemi, namun perlu untuk mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan pandemi-pandemi lain di masa selanjutnya.
Dalam prioritas transformasi digital, pemerintah mengharapkan masyarakat dan lembaga mampu beradaptasi ke arah digital dan digitalisasi ini menjadi sebuah normal yang baru. Sedangkan yang transisi energi, adalah hal yang tidak kalah penting untuk keberlangsungan hidup masyarakat melalui transisi energi menuju energi yang lebih sustainable.
Baca Juga: Pentingnya Ekonomi Hijau untuk Keberlangsungan Hidup Manusia di Banyak Bidang
“Tiga hal ini perlu dilakukan. Mungkin dampaknya memang saat ini nampak abstrak, namun dalam jangka waktu menengah sampai jangka waktu panjang, ini akan menjadi sesuatu yang critical. Makanya ketiga prioritas ini sangat layak untuk diangkat dalam Presidensi G20,” ungkap Haris Munandar dalam talkshow Peran Kita: Indonesia Menuju Keuangan Berkelanjutan pada Senin (22/8/2022).
Saat ini, banyak negara mulai melakukan kontribusi aktif dalam mengatasi permasalahan global seperti perubahan iklim yang memiliki dampak begitu besar dalam kehidupan. Peran aktif ini mengarah pada transformasi-transformasi ke arah yang lebih hijau, termasuk dalam ranah ekonomi hijau atau ekonomi berkelanjutan.
Dian Lestari, Presidency Chair Sustainable Finance Working Group (SFWG) dari Kementerian Keuangan, menyatakan bahwa kontribusi Indonesia saat ini dalam mendukung gerakan hijau bukanlah semata-mata mengikuti tren global saja, melainkan memang atas kesadaran dan kepentingan yang esensial.
“Indonesia sebagai negara kepulauan sangat rentan terhadap dampak yang timbul kalau kita tidak mengendalikan perubahan iklim. Kita sekarang sudah merasakan bagaimana dampak pandemi, disrupsinya terhadap ekonomi sangat terasa masif. Berbagai kegiatan ekonomi terhenti baik dari sisi supply maupun demand. Banyak penelitian yang menyatakan bahwa dampak perubahan iklim ini kalau kita tidak dari sekarang mengendalikan secara cepat dan proper itu bahkan dampaknya bisa lebih besar dari pandemi,” ujar Dian dalam kesempatan yang sama.
Sebagai negara ke-12 dalam daftar negara terentan perubahan iklim berdasarkan penelitian dari Bank Dunia, tentunya Pemerintah Indonesia berusaha untuk menjadi lebih sigap dalam menanggapi hal ini. Oleh karena itu, untuk menyukseskan Presidensi G20 dan target prioritas menuju ke yang lebih berkelanjutan, pemerintah melalui mitra-mitranya mengadakan berbagai kegiatan untuk memberikan dan menyebarkan kesadaran pada masyarakat akan pentingnya isu ini.
“Besar harapan kami kegiatan ini dapat menumbuhkan semangat masyarakat untuk turut berkontribusi pada gerakan hijau yang pada akhirnya akan memberikan kontribusi nyata bagi kesuksesan Presidensi Indonesia dan juga memberikan kontribusi nyata bagaimana kita tidak hanya membahas isu ekonomi hijau di tingkat elitis, tapi juga diskursus di tingkat mahasiswa dan juga tindakan nyata, semangat nyata yang akan bergerak di tingkat masyarakat,” tutur Iss Savitri Hafid selaku Wakil Kepala Sekretariat Task Force G20 Bank Indonesia dalam sambutannya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tri Nurdianti
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: