Kemajuan teknologi informasi makin masif. Setiap individu tersuguhkan ribuan informasi di dunia digital. Sebagai netizen, yang terliterasi baik, wajib memfilter informasi yang benar dan sekiranya perlu dikaji. Sebab, penyebaran berita bohong atau hoax bisa berdampak buruk pada kehidupan pribadi atau lingkungan.
"Era digitalisasi merupakan era di mana kita dapat berpendapat. Era kebebasan berpendapat. Kita bisa serta merta membuat opini, pendapat, bahkan berita tanpa melewati filter," kata Ketua Relawan TIK Surabaya, Muhajir Sulthonul Aziz, S.Kom, M.I.Kom, saat webinar Makin Cakap Digital 2022 untuk kelompok masyarakat di wilayah Kota Kediri, Jawa Timur, pada Rabu (24/8/2022), dikutip dari siaran pers yang diterima di Jakarta.
Baca Juga: Tak Perlu Saring Informasi, Ini Cara Mudah Proteksi Diri dari Hoax di Media Sosial
Hoax merupakan informasi yang sesungguhnya tidak benar, tapi dibuat seolah-olah benar. Tujuan dari penyebarannya adalah membuat masyarakat merasa tidak aman, tidak nyaman, dan kebingungan. Dengan begitu, individu mengambil keputusan lemah, tidak meyakinkan, hingga salah. Sekarang ini hoax banyak ditemukan di media sosial.
Pengguna internet di Indonesia pada tahun 2021 mengalami peningkatan, We Are Social mencatat kini pengguna internet di Indonesia mencapai 202,6 juta pengguna dengan 170 juta penggunanya menggunakan media sosial.
"Kita harus melawan, menjadi duta anti-hoax biar masyarakat terlindungi. Melindungi masyarakat bukan hanya tugas TNI dan POLRI, tapi tugas bersama. Jadilah duta anti-hoax di masyarakat kalian, jangan menunggu dikasih duta oleh pemerintah," kata Muhajir.
Orang yang mudah terpapar hoax, lanjut dia, karena kurang literasi digital. Selain itu, emosional kurang stabil dan tergesa-gesa ketika menerima informasi. Karena itu, masyarakat perlu mempelajari ciri-ciri hoax.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum