Dengan kata lain, sangat penting untuk memaksimalkan value pada setiap titik spesifik dalam proses perusahaan.
Dalam konsep Porter tentang value chain, Porter membagi aktivitas bisnis menjadi dua kategori, yaitu "utama" dan "pendukung". Melansir Investopedia di Jakarta, Jumat (26/8/22), berikut penjabaran lengkap mengenai aktivitas utama dan aktivitas pendukung:
Aktivitas Utama
Aktivitas utamaberhubungan langsung dengan penciptaan produk, penjualan, pengiriman, pemeliharaan, dan pelayanan. Terdiri dari lima komponen, dan semuanya penting untuk menambah value serta menciptakan keunggulan kompetitif:
- Logistik - mencakup fungsi-fungsi seperti penerimaan, pergudangan, dan pengelolaan inventaris.
- Operasi - mencakup prosedur untuk mengubah bahan mentah menjadi produk jadi.
- Logistik keluar - kegiatan untuk mendistribusikan produk akhir ke konsumen.
- Pemasaran dan penjualan - mencakup strategi untuk meningkatkan visibilitas dan menargetkan pelanggan yang tepat—seperti iklan, promosi, dan penetapan harga.
- Layanan - mencakup program untuk memelihara produk dan meningkatkan pengalaman konsumen—seperti layanan pelanggan, pemeliharaan, perbaikan, pengembalian uang, dan pertukaran.
Aktivitas Pendukung
Peran aktivitas pendukung adalah untuk membantu membuat aktivitas utama lebih efisien. Ketika meningkatkan efisiensi salah satu dari empat aktivitas pendukung, maka akan menguntungkan setidaknya satu dari lima aktivitas utama. Aktivitas pendukung ini umumnya dilambangkan sebagai biaya overhead pada laporan laba rugi perusahaan:
- Pengadaan - mencakup bagaimana perusahaan memperoleh bahan baku.
- Pengembangan teknologi - mencakup penelitian dan pengembangan (R&D) perusahaan seperti merancang dan mengembangkan teknik manufaktur dan proses otomatisasi.
- Manajemen sumber daya manusia (SDM) - melibatkan perekrutan dan mempertahankan karyawan yang akan memenuhi strategi bisnis perusahaan dan membantu merancang, memasarkan, dan menjual produk.
- Infrastruktur - mencakup sistem perusahaan dan komposisi tim manajemennya—seperti perencanaan, akuntansi, keuangan, dan kontrol kualitas.
Kedai kopi Starbucks menawarkan salah satu contoh paling populer dari perusahaan yang memahami dan berhasil menerapkan konsep rantai nilai. Perjalanan Starbucks dimulai dengan satu toko di Seattle pada tahun 1971. Dari sana, Starbucks tumbuh menjadi salah satu merek yang paling dikenal di dunia. Misi Starbucks yaitu untuk menginspirasi dan memelihara semangat manusia - satu orang, satu cangkir, dan satu lingkungan pada satu waktu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: