Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sinyal Kenaikan BBM Semakin Kuat, Masyarakat Indonesia Harap Bersiap!

Sinyal Kenaikan BBM Semakin Kuat, Masyarakat Indonesia Harap Bersiap! Kredit Foto: Pertamina
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memprediksi, kuota Pertalite dan Solar bersubsidi akan habis pada Oktober 2022 jika tidak ada penambahan kuota dari Pemerintah.

"Bapak Presiden telah meminta menteri untuk menghitung secara hati-hati, kami sudah menyediakan Rp502 triliun. Kalau asumsikan volume mengikuti delapan bulan terakhir, kuota Solar 15 juta KL (kilo liter) dan Pertalite 23,05 juta KL akan habis pada Oktober 2022," kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers, Jumat (26/8/2022).

Baca Juga: Tidak Tepat Sasaran, Sri Mulyani: Subsidi BBM Malah Dikonsumsi Orang Kaya!

Berdasarkan hitungan Pemerintah, rata-rata konsumsi Pertalite dan Solar sekitar 2,4 hingga 2,5 juta KL per bulan. Dengan demikian, total kuota Solar yang dibutuhkan mencapai 1,44 juta KL dan Pertalite 29,07 juta KL sampai akhir tahun 2022.

Bendahara negara tersebut melaporkan, hingga akhir Juli 2022 kuota Pertalite sudah terpakai 16,84 juta KL dengan perkiraan setiap bulan habis 2,4 juta KL.

"Jika hal ini terus berlanjut, maka Pertalite dan Solar bersubdi bisa habis pada bulan Oktober 2022. Kami menghitung apabila tren dibiarkan berdasarkan koneksi harga minyak dan kurs, serta konsumsi melebihi kuota, maka kita perlu menambah anggaran subsidi Rp195,6 triliun," Sri Mulyani merinci.

Bila anggaran subsidi energi benar-benar ditambah Rp195,6 triliun, maka total anggaran subsidi hingga akhir tahun akan menjadi Rp698 triliun.

Tak hanya itu, Sri Mulyani juga mengungkapkan, mayoritas Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi tidak tepat sasaran dan hanya dinikmati oleh masyarakat menengah atas. Misalnya untuk Pertalite yang memiliki kuota 23 juta kiloliter hanya 3,9 juta KL yang dinikmati 40 persen terbawah, sedangkan 15,8 juta KL yang menikmati adalah masyarakat kelas atas. Tidak jauh berbeda dengan Solar bersubsidi, dari 15 juta KL hanya kurang dari 1 juta KL yang dinikmati oleh kelompok miskin.

"Ini yang perlu kita pikirkan, kalau menambah ratusan triliun berarti kita menambah untuk yang sudah mampu makin banyak lagi. Saya rasa aspek keadilan menjadi sangat penting," imbuhnya.

Sebagai informasi, harga keekonomian Solar berada di angka Rp13.950 per liter, sedangkan harga solar di pasaran saat ini masih di Rp5.150 per liter, atau Pemerintah telah memberikan subsidi sebanyak Rp8.300 per liter.

Baca Juga: Kenaikan Harga BBM Subsidi Mestinya Menjadi Solusi Terakhir

Sementara untuk harga keekonomian Pertalite sebesar Rp14.450 per liter, sedangkan harga di pasaran saat ini masih di Rp7.650 per liter, atau Pemerintah telah memeberikan subsidi Rp6.800 per liter.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Martyasari Rizky
Editor: Aldi Ginastiar

Bagikan Artikel: