Ekonom DBS: Pertumbuhan Ekonomi Tanah Air Terjaga di Tengah Gejolak Ekonomi Global
"Konsumsi akhir naik 32 persen secara tahunan, disertai lonjakan 9,1% ekspor, dan 3% impor," tambah Radhika Rao.
Sementara dari sisi industri, sektor transportasi dan penyimpanan mencatatkan peningkatan sebesar 21,3%, dan menempati urutan teratas dari aktivitas lintas sektor. Selanjutnya, akomodasi dan kegiatan food service sebesar 9,8%, dan manufaktur mengalami pelambatan sebesar 4%. "Di samping itu, sektor konstruksi tumbuh sebesar 1%," jelasnya.
Baca Juga: Tolak Harga BBM Naik, Ombudsman: Harus Perhitungkan Inflasi Tinggi
Menurut Radhika Rao, prediksi pertumbuhan 2022 ini belum sepenuhnya aman dari risiko kenaikan lainnya. Sebab, angka pertumbuhan yang kuat akan menjadi dasar bagi Bank Indonesia untuk memutuskan kebijakan moneter yang terkait dengan inflasi.
Lebih lanjut, stabilitas pertumbuhan ekonomi akan membantu para pembuat kebijakan tetap fokus terhadap inflasi dan stabilitas pasar keuangan. Terlebih, Bank Indonesia telah menandai risiko bahwa di paruh kedua tahun ini, inflasi akan melampaui target dan diasumsikan terjadi pengulangan di 2023 mendatang.
Sekalipun inflasi inti dipantau langsung oleh para pembuat kebijakan, tegas Radhika Rao, perbandingan antara tingkat inflasi dan tingkat suku bunga masih harus diperhatikan. Fokus kebijakan moneter juga diharapkan dapat bergeser secara inkremental di akhir kuartal ketiga.
"Para pembuat kebijakan perlu memperhatikan dan membuat antisipasi terhadap laju inflasi," tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: