Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jokowi Naikkan BBM, Hati-hati Nasib Indonesia Jadi Sri Lanka

Jokowi Naikkan BBM, Hati-hati Nasib Indonesia Jadi Sri Lanka Kredit Foto: Antara/Raisan Al Farisi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah menaikkan harga BBM yang membuat mayoritas publik merasa geram akan keputusannya.

Di sisi lain, pemerintah tak punya pilihan lain, namun sejumlah pihak masih menyuarakan perbaikan menyusul hal tersebut.

Baca Juga: Bela Jokowi Naikkan Harga BBM, Ruhut Sitompul: Demo Bukan Cara Terbaik, Rakyat Harus Bersabar

Anggota Komisi VI, Dapil Bali, Gde Sumarjaya Linggih alias Demer mengomentari misalnya yang mewanti-wanti agar Indonesia tak berakhir nasibnya seperti Sri Lanka.

“Kalau kita melihat ketahanan pangan dan energi, kita masih banyak yang impor. Saya melihat kondisi kita yang terjadi saat ini dan berpotensi memburuk ke depan adalah masalah ketahanan pangan dan ketahanan energi. Kedua hal itu akan menjadi substansi pokok. Inilah tugas dari KPPU, BSN, BPKS dan BP Batam untuk mengawasi masuknya arus barang impor dan menggenjot ekspor. Untuk itu mengapa badan-badan ini dibentuk,” jelas Demer, Jakarta, Senin (5/9/2022).

“Banyak negara sekarang jatuh, berawal dari ketahanan energinya yang lemah. Karena pandemi yang tak berkesudahan, disusul perang Rusia dan Ukraina menyebabkan ketahanan energi negara tersebut berkurang. Energi sangat mahal, sementara ekspor neraca perdagangan mereka minus tidak bisa pinjam dana kemana-mana, dan akhirnya menyebabkan negaranya tidak bisa impor enegi dan akhirnya pemerintahannya runtuh,” pungkasnya.

Demer pun memaparkan sejumlah alasan, mengapa dua hal tersebut menjadi hal pokok kedepannya agar tak terjerumus masuk menjadi negara bangkrut seperti Sri Lanka.

“Itu hal biasa, karena begitu perekonomiannya jatuh, pemerintahannya juga biasanya ikut jatuh, baik itu negara demoratis maupun negara otokratis. Di Srilanka contohnya, harga sepeda tiba-tiba naik 5 kali lipat karena tak bisa pakai mobil akibat tak bisa impor minyak. Negaranya sudah tak bisa pinjam uang kemana-mana, lalu tak bisa beli energi, tak bisa beli bahan bakar,” tambahnya.

Demer menyarankan untuk terus berupaya menggenjot perdagangan ke arah surplus.

Baca Juga: Vivo Jual BBM Lebih Murah dari Pertamina, Oh Ternyata

“Ketahanan energi dan ketahanan pangan itu melalui badan-badan yang saya sebutkan tadi. Kita genjot perdagangan yang surplus. Perdagangan yang surplus artinya lebih banyak lagi kita bisa produksi keluar dan oleh karena itulah, tujuan sebenarnya badan-badan tersebut dibentuk. Saya berharap, dengan perdagangan yang surplus, kita masih dipercaya banyak negara,” tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Bagikan Artikel: