Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pengamat Sebut Nasib Suharso Bagai Peribahasa 'Habis Manis Sepat Dibuang': Pelajaran Berharga Bagi Para Loyalis Jokowi!

Pengamat Sebut Nasib Suharso Bagai Peribahasa 'Habis Manis Sepat Dibuang': Pelajaran Berharga Bagi Para Loyalis Jokowi! Kredit Foto: Djati Waluyo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Gejolak internal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) memuncak di Mukernas Partai, hasil dari Mukernas tersebut adalah Suharso Monoarfa dinyatakan lengser dari jabatannya sebagai Ketua Umum. Bersamaan dengan dilengserkannya Suharso Monoarfa ini, Muhammad Mardiono ditunjuk sebagai Plt. Ketua Umum.

Pakar Kebijakan Publik Narasi Institute Achmad Nur Hidayat menyebut apa yang dialami oleh Suharso Monoarfa adalah hal tragis.

“Tragis itulah kata yang bisa menggambarkan Suharso Monoarfa Menteri Perencanaan Pembangunan Kepala Bappenas RI yang baru saja dilengserkan dari kursi nya sebagai Ketua Umum PPP,” ujar Achmad dalam keterangan resmi yang diterima redaksi wartaekonomi.co.id, selasa (13/9/22).

Bukannya tanpa alasan, Achmad menduga pelengseran ini memiliki keterkaitan atau adanya campur taangan Jokowi dan penghuni istana.

Keterkaitan itu adalah mengenai ketidaksepahaman antara Suharso mengenai Ibu Kota Negara (IKN) Baru.

Baca Juga: Mardiono Sukses 'Tendang' Suharso Monoarfa Jadi Plt Ketum PPP, Dahlan Iskan: Sukses yang Tertunda!

Sebenarnya bukan sekedar ‘amplop kiai’, ada hal lain terkait proyek infrastuktur IKN. Hal ini terlihat dari perbedaan pendapat seputar IKN dan PSN (Proyek Strategis Nasional) yang muncul ke publik minggu lalu,” ujar Achmad.

Achmad menganggap ada ketidaksepahaman antara Suharso dan penghuni istana tentang masalah ini. Selisih tersebut berawal dari Permintaan Presiden Jokowi agar menjadikan Proyek IKN sebagai PSN. Melalui status PSN dianggap akan mempermudah pembangunan IKN.

Ketidaksepahaman ini menurut Achmad menjadi biang kerok sehingga Surharso harus “ditendang” perlahan dari lingkaran istana.

“Suharso Manoarfa sebagai Menteri Jokowiyang selama ini mati-matian memperjuangkan proyek IKN, namun karena dalam perjalanan IKN tidak sejalan lagi dengan ‘elit genk IKN’ harus tersingkir,” ujar Achmad.

Atas kondisinya yang demikian, Achmad menyebut bahwa nasib Suharso bagai sebuah peribahasa.

“Pribahasa yang tepat untuk menggambarkan Pak Suharso adalah Habis Manis, Sepah dibuang. Suharso Manoarfa sudah pasang badan sebagai pembela tergigih dalam mempertahankan pentingnya mempertahankan IKN dalam gugutan para Guru Besar ke Mahkamah Konstitusi,” jelas Achmad.

Achmad pun berujar bahwa apa yang dialami oleh Suharso ini adalah pelajaran berharga bagipara loyalis Jokowi.

Pelajaran itu adalah mereka bisa saja “dibuang”.

Baca Juga: Yang Nggak Suka Anies Baswedan Jangan Kelojotan! Diteriakin 'Bapak Politik Identitas', Perwakilan Gereja Jakarta: Anies Bapak Kesetaraan

“Ada pelajaran berharga diantaranya adalah loyalis Pak Jokowi seperti Pak Suharso dan Pak Muhammad Luthfi (mantan Menteri Perdagangan) dapat dengan cepat kehilangan jabatan manakala sudah tidak dibutuhkan. Apalagi bila terjadi ketidaksetujuan terbuka dengan pihak-pihak real penguasa yaitu pemilik dan pelobbi utama terkait IKN,” jelasnya.

Menurut Achmad, Presiden adalah penangungjawab IKN namun ada pemilik dan pelobi utama IKN. Mereka ini diduga adalah beberapa menteri pemerintahan dan beberapa elit perusahaan oligarki yang merancang dari awal proyek IKN.

“Kelompok ini juga yang bersemangat menghapus BBM Subsidi untuk rakyat karena mereka berkepentingan agar APBN bisa digunakan melaksanakan infrastruktur IKN dan Proyek strategis nasional lainnya. Singkat kata, mereka rela mengorbankan bantuan subsidi untuk rakyat dan mengalihkannya untuk proyek-proyek IKN yan melibatkan genk oligarki mereka,

Mereka mampu mendrive pemerintahan, merancang pengurangan subsidi rakyat BBM dan mengalihkannya untuk proyek infrastruktur seperti IKN, kereta api cepat dan PSN lainnya,” jelasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Bayu Muhardianto

Bagikan Artikel: