Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Hilirisasi Industri Berbasis Minyak Sawit di Indonesia Cukup Berhasil, Ini Buktinya!

Hilirisasi Industri Berbasis Minyak Sawit di Indonesia Cukup Berhasil, Ini Buktinya! Pekerja menurunkan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit dari atas mobil di Desa Lemo - Lemo, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, Sabtu (2/7/2022). Harga TBS kelapa sawit tingkat pengepul sejak sebulan terakhir mengalami penurunan harga dari Rp2.280 per kilogram menjadi Rp800 per kilogram disebabkan banyaknya produksi. | Kredit Foto: Antara/Akbar Tado
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Putu Juli Ardika, mengatakan hilirisasi industri berbasis minyak sawit di Indonesia cukup berhasil. Menurut Putu, sebagian besar ekspor minyak sawit Indonesia saat ini sudah dalam bentuk hasil hilirisasi.

Hal itu disampaikan saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR yang juga diikuti produsen minyak goreng di Jakarta, Selasa (13/9/2022).

Baca Juga: DPR Dukung Penggunaan B30 untuk Industri Sawit Guna Kurangi Solar

Menurut Putu, industri minyak sawit hulu-hilir di Indonesia menghidupi sekitar 20 juta orang warga Indonesia. Dengan nilai ekonomi hulu-hilir Rp750 triliun dan nilai ekspor tahun 2021 mencapai USD35,79 miliar.

Tidak hanya itu, sektor sawit juga menyumbang 3,5 persen terhadap PDB nasional dengan pendapatan pajak Rp20 triliun. Ditambah, pajak hasil pungutan ekspor BPDPKS dan bea keluar mencapai sekitar total Rp86,64 triliun.

Baca Juga: Kerja Sama IPEF Indonesia – India, Salah Satunya Sektor Kelapa Sawit

Data Kemenperin juga mencatat bahwa hilirisasi CPO cukup berhasil jika dilihat dari ragam jenis produk yang dihasilkan. Tahun 2011, sektor industri sawit baru bisa memproduksi 54 jenis produk dan di tahun 2021 sudah mencapai 168 jenis produk. 

"Kalau tahun 2010, 60 persen kita ekspor dalam bentuk bahan baku CPO. Pada tahun 2021, diekspor dalam CPO sudah sangat kecil yaitu 9,27 persen. Jadi sebagian besar sudah di hilirisasi," tambahnya.

Dari segi nilai tambah, kata Putu, hilirisasi juga menghasilkan nilai tambah yang besar bagi ekonomi nasional.

"Biodiesel FAME itu sekitar 1,14 kali dari pada CPO-nya. Kalau kita lihat margarin dan lemak sekitar 1,86 kalinya, dan minyak goreng 1,31 kali. Dan yang cukup besar itu surfaktan 2,66 kali dan kosmetik itu 3,88 kali," kata Putu.

Baca Juga: Awal Pekan II September 2022, Harga CPO di KPBN Ditetapkan Segini

Kemenperin, lanjut Putu, ke depan fokus meningkatkan hilirisasi sawit di dalam negeri yaitu, dengan sasaran tahun 2045 adalah food fitonutrient, fine chemical, fuel liquid, dan fiber-biomass.

Tujuannya untuk memperluas ekonomi produktif dan juga akan sangat membantu dalam menyehatkan neraca perdagangan, menggerakkan daerah-daerah produsen kelapa sawit, mengendalikan emisi gas rumah kaca serta mencapai kedaulatan pangan dan energi. 

Baca Juga: Di Kalimantan, Perkebunan Sawit Memainkan Peran Penting

"Visi hilirisasi 2045 menjadikan Indonesia sebagai pusat produsen dan konsumen produk turunan minyak sawit dunia, sehingga mampu menjadi price setter (penentu harga) CPO global," kata Putu. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Ayu Almas

Bagikan Artikel: