Metrodata Optimis Capai Pertumbuhan di Atas Rata-Rata Tahun Ini
Tidak dapat dimungkiri bahwa masa selama pandemi Covid-19 berlangsung telah membawa dampak yang begitu besar, sehingga banyak sektor menghadapi situasi sulit yang cukup serius. Berbagai solusi pun dicari dan diupayakan guna menjadi jalan keluar dari kesulitan sehingga mampu bertahan.
Presiden Direktur PT Metrodata Electronics Tbk, Susanto Djaja pun setuju bahwa masa pandemi merupakan masa yang sulit, apalagi pada tahun 2021 di mana puncak pandemi terjadi dengan begitu hebatnya. Namun demikian, di masa itu, Susanto mampu memberikan kabar menyenangkan bahwa Metrodata berhasil berada dalam posisi yang cukup baik.
"Di tahun 2021 di mana banyak bisnis mengalami kesulitan, Metrodata bersyukur kami bisa bertumbuh revenue 32%. Jadi, ketika perusahaan-perusahaan mengalami masa survival, Metrodata justru mengalami pertumbuhan di tahun 2021, dan kami juga bisa menumbuhkan laba sekitar 39% di tahun 2021," ungkap Susanto dalam konferensi pers MSD 2022 pada Rabu (14/9/2022).
Baca Juga: Metrodata: Kami Mendahului Pandemi 10 Tahun secara Digital
Lebih rinci, Susanto menjelaskan bahwa pertumbuhan dari bisnis consulting yang paling besar, kurang lebih mewakili hampir 40% berasal dari sektor finansial, bank dan nonbank. Di mana nonbank ini terdiri dari asuransi, sekuritas, reksa dana, dan lain-lain. Namun di antara keduanya, sektor bank masih memberikan kontribusi yang lebih besar daripada nonbank.
Alasan sektor finansial memiliki kontribusi yang paling tinggi dalam pertumbuhan adalah karena sektor ini memiliki konsumsi IT yang paling tinggi di Indonesia. Hal ini terjadi karena sebagian besar masyarakat Indonesia telah menjadi nasabah bank dengan menggunakan layanan internet banking, mobile banking, kredit saham, trading sekuritas, reksa dana, jual beli obligasi, dan lainnya, di mana semua sektor ini bersifat digital.
Penyumbang terbesar selanjutnya ditempati oleh sektor telekomunikasi, disusul sektor oil and gas, lalu e-commerce dan startup.
Selama terjadi pertumbuhan revenue dan laba itu, Susanto menjelaskan, Metrodata tidak menaikkan harga, karena di bidang IT, produk mengikuti dolar AS, sedangkan jasa mengikuti faktor inflasi di Indonesia. Dalam hal ini, pertumbuhan terjadi karena Metrodata menyediakan seluruh layanan yang sifatnya lebih efisien dengan menghadirkan layanan bersifat digital sehingga menjadi lebih mudah.
Guna mempertahankan dan melanjutkan pertumbuhannya, Susanto sampaikan, Metrodata kini tengah melaksanakan strategi utamanya di tahun 2022 dengan menargetkan tiga hal utama.
Yang pertama adalah menargetkan layanan industri finansial, baik sektor bank maupun nonbank, karena mereka merupakan perusahaan yang menjangkau masyarakat paling banyak, maka mereka memerlukan digital channel. Apalagi Bank Indonesia telah menghendaki sebuah layanan harus melakukan penetration test sebelum diluncurkan secara publik sehingga sudah secure ketika sampai kepada masyarakat.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tri Nurdianti
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: