'Prabowo Selama ini Sudah Bantu Presiden, Tapi kok Jokowi Kasih Restunya ke Anies'
Hasil survei CSIS menyebut kalau Anies Baswedan secara head to head menang melawan para capres potensial, termasuk dengan Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto.
Menanggapi itu, pengamat politik Rocky Gerung menilai itu adalah temuan survei yang menarik untuk dicermati. Karena pada faktanya Anies bukan capres kaya yang banyak uang.
Selain itu, reputasi CSIS juga tak dekat dengan kelompok Anies, bahwa tudingan hasil survei itu adalah pesanan terbantahkan.
"Tapi Indonesia itu ada dalam problem yang lain, yaitu membeli survei karena berupaya untuk menaikkan elektabilitas itu. Ganjar Pranowo pasti juga sudah lakukan itu dan Puan Maharani juga lakukan. Anies nggak mungkin karena Anies juga nggak tahu dia nggak punya uang. Jadi nggak mungkin dia. Nah, itu yang menarik kalau tiba-tiba survei Anies itu naik di beberapa lembaga survei, itu memang riil sebetulnya itu," kata Rocky Gerung.
"Jadi, daripada berupaya untuk menyembunyikan naiknya elektabilitas Anies, mending dipromosikan saja supaya mungkin Pak Jokowi tahu bahwa Anies berbahaya ini supaya Sprindik dikeluarin lebih cepat. Kira-kira begitu. Jadi, kalau kita analisis secara metode berpikir CSIS, kita musti hati-hati melihat keadaan di Republik ini melalui lensa CSIS,"
Rocky menilai CSIS sebenarnya ingin mengetahui tingkat penerimaan Anies Baswedan sudah sampai ke daerah apa belum karena kepentingan CSIS adalah membaca politik Anies ini ke kanan atau ke kiri atau ke tengah.
"Dan bagi CSIS saya kira tetap dianggap bahwa Anies itu akan didukung oleh politik kanan Islam, gampangnya begitu.
"Jadi politik identitas itulah yang kelihatannya membuat CSIS mengumumkan angka itu bahwa Anies menang lawan dengan apapun kalau duel. Nah, itu sebetulnya kalau kita baca terbalik, kalau begitu hati-hati dengan Anies, itu berarti sinyal bahwa ya mungkin Anies akan dikerjain banyak lagi tuh.
Rocky menilai hasil survei CSIS harus dibaca dua dimensi itu, dimensi elektabilitasnya dan dimensi ideologisnya.
"Saya menduga bahwa itu sengaja diucapkan bukan saja dia dinaikkan, tapi sengaja diucapkan bahwa Anies potensial untuk menang dan itu diajukan untuk siapa? Tentu untuk Pak Jokowi. Kalau rasional Pak Jokowi akan bilang ya sudah kalau begitu Anies saja yang saya pilih. Nah, kalau itu terjadi tentu akan ada komplain dari Pak Prabowo karena Pak Prabowo merasa dia yang membantu presiden, kenapa dia nggak dapat restu dari presiden. Kenapa pindah ke Anies?," tanya Rocky.
Rocky mempertanyakan arah hasil penelitian CSIS itu bukan menaikan tren Anies, justru untuk mencegah Anies makin berkibar.
"Saya tetap konsisten menganggap itu dalam upaya untuk mencegah Anies justru. Gitu ya. Jadi semacam teori Ballon. Digelembungkan untuk dikempeskan.
Iya, begitu. Kan tetap ada kecemasan. Kita lihat konsistensinya Pak Jokowi mengatakan silakan Anies maju, Ganjar maju. Tapi Pak Jokowi nggak ingin Anies maju dan itu pertanda bahwa CSIS terpaksa membaca pikiran Pak Jokowi," jelasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: