Polarisasi dalam Politik dan Pilpres Wajar, Eko Kuntadhi: Asal Jangan Bawa-bawa Iman!
Polarisasi dalam politik atau dalam pilpres 2024 disebut Eko Kuntadhi sebagai sesuatu yang wajar. Karena memang budaya dan adat istiadat di Indonesia dan beragam sehingga mempengaruhi psikologi pemilih.
Namun katanya, polarisasi berbahaya jika sudah membawa-bawa iman atau menyebut-nyebut kafir.
“Jadi sebetulnya kritik-kritik terhadap problematika kebangsaan itu kritiknya bolak-balik aja tergantung posisinya. Masing-masing ketika jadi berkuasa, dia berpikirnya beda ketika jadi oposisi,” kata Eko.
Baca Juga: Meski Diunggulkan dalam Pilpres 2024, Nama Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo Belum Aman
Yang penting itu adalah kecerdasan atau kesadaran publik, bagaimana publik memahami hal tersebut.
Eko mengatakan, dalam demokrasi pasti ada polarisasi. Ada partai penguasa, ada partai oposan dan ujung-ujungnya dua kekuatan ini pasti akan merembes mencari dukungan masing-masing dan ujung-ujungnya terjadi polarisasi.
“Polarisasi itu biasa-biasa saja dalam demokrasi jadi nggak usah terlalu mengkhawatirkan ini ada polarisasi,” kata dia.
Baca Juga: Tinggal Tunggu Waktu, Demokrat, Nasdem, PKS Siap Sokong Anies Baswedan di Pilpres 2024!
“Yang tidak biasa ketika polarisasi politik ditunggangi oleh isu-isu agama ini yang disebut dengan politik identitas. Politik identitas sebetulnya normal bila digunakan secukupnya,” katanya.
Eko mengatakan, wajar kalau ada orang Jawa memilih orang Jawa atau misalnya orang Sunda memilih lebih dan cenderung suka dengan pemimpin yang dari Sunda. Demi putra daerah itu, masih normal.
Baca Juga: Daripada Bikin Bingung, Pengamat Minta Presiden Jokowi Tolak Tegas Kemungkinan Maju di Pilpres 2024
“Tapi kalau udah nyangkut surga neraka, udah nyangkut iman satu atau kafir. Ini yang bahaya karena polarisasi. Kayak gini akan terus terbawa jauh setelah Pemilu selesai,” kata dia.
Eko menyinggung mengenai politik identitas yang tersebar saat Pilkada Gubernur Jakarta yang dimenangkan oleh Anies Baswedan.
“Ingat dong Pilkada Jakarta sampai sekarang polarisasinya masih terasa ketika ada seruan diharamkan memilih pemimpin yang tidak muslim gitu yang bukan beragama Islam sampai sekarang polarisasinya masih terasa,” jelasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Sabrina Mulia Rhamadanty
Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty
Tag Terkait: