Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Makan Enak, Omong Kemajuan, dan Musik (I)

Makan Enak, Omong Kemajuan, dan Musik (I) Kredit Foto: Telkomsel
Warta Ekonomi, Jakarta -

WE Online, Jakarta - Dunia bisnis bergerak amat cepat bak gasing berputar. Apabila manajemen tidak adaptif, bisa tersungkur bak dinosaurus. Makin maju suatu ekonomi, peran service economy makin berkibar. Dalam rezim tersebut, kontribusi sektor komoditas akan terus mengecil. Betul bahwa porsi komoditas nasional masih 65% dari portofolio ekspor. Namun, tren umum yang terjadi adalah porsi service dan value addition pasti akan bertambah seiring kemajuan ekonomi.

Portofolio corporate valuation juga ikut berguncang. Porsi intangible asset makin membesar. Apalagi dalam bisnis yang dipicu oleh knowledge workers. Kalau kita sudah bicara intangible asset maka komponen human capital menjadi fokus diskusi. Salah satu variabel penting dalam mendongkrak kinerja pada domain ini adalah kemampuan employee engagement. Tidak ada yang meragukan betapa pentingnya kemampuan engagement dalam memastikan perseroan mendapatkan kemampuan dan potensi terbaik dari pekerjanya, terlebih pekerja kognitif-intelektual.

Masalah Klasik Engagement

Ada tiga dari empat business leaders yang paham dan setuju akan pentingnya engagement terhadap kinerja. Namun, riset yang dilakukan oleh Harvard Business Review (HBR) menghenyakkan kita. Pasalnya, hanya satu dari empat eksekutif yang tahu bagaimana taktis mengoperasionalisasikan prinsip tersebut.[1] Pendek kata, ada missing link antara awareness dari engagement terhadap metodologi operasionalisasinya. Itu artinya, ada dua dari empat program engagement yang akhirnya hanya bersifat auxiliary dan ad hoc motivational alias tidak ada kaitannya dengan kinerja.

Lalu, bagaimana perseroan menjembatani implementasi tersebut? Hermawan Syahrul, VP Learning Center GMF Aero Asia, Garuda Indonesia Group, membagi kiatnya. Salah satu elemen penting dalam keberhasilan engagement adalah jarak. Jika jarak antara leaders dan employee makin jauh maka makin besar tenaga yang harus dikeluarkan untuk memastikan upaya engagement berhasil. Wow, sebuah prinsip engagement yang pruden. Oleh karena itu, ia mengupayakan berbagai program cohesiveness dalam organisasi.


[1]HBR. The Impact of Employee Engagement on Performance. Harvard Business Review 2013. Harvard Business School Publishing. A Harvard Business Review Analytic Service Report.

Penulis: Hendrik Lim, CEO Defora Consulting, [email protected]

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: