Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Siapkan Pemimpin Transformasional, Kemendagri dan ESQ Bekali Pejabat Internalisasi BerAKHLAK

Siapkan Pemimpin Transformasional, Kemendagri dan ESQ Bekali Pejabat Internalisasi BerAKHLAK Kredit Foto: ESQ
Warta Ekonomi, Jakarta -

Accelerated Culture Transformation (ACT) Consulting yang merupakan bagian dari ESQ Leadership Centre yang dibentuk Ary Ginanjar Agustian menggelar Pelatihan Change Leader Batch 1 untuk 35 peserta dari Pejabat Eselon 3 dan Analis Madya di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).

Acara yang digelar dalam rangka menindaklanjuti Roadmap Transformasi Budaya Kerja BerAKHLAK tersebut dilaksanakan di Aula Gedung F Kemendagri pada Senin (3/10/2022).

Dijelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk penerapan budaya kerja BerAKHLAK yaitu Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif kepada Pegawai Negeri Sipil lingkup Kemendagri. Maka dari itu perlu Change Leader, agar menjadi pembimbing bagi Change Agent untuk memonitor berjalannya Action Plan.

Baca Juga: Dorong Pertumbuhan UMKM, Mitra LPDB-KUMKM Gencarkan Pelatihan Digital

Dalam kesempatan itu, Sekretaris Jenderal Kemendagri Suhajar Diantoro yang hadir di pelatihan Change Leaders itu, berharap para peserta bisa memahami tugas serta tanggung jawab sebagai change leader dan mendapatkan pembekalan keterampilan praktis yang diperlukan. 

"Change atau berubah itu filosofinya seperti Superman. Kata-kata berubah mengandung harapan yang luar biasa. Bicara soal perubahan, saya teringat dengan Park Chung Hee (mantan Presiden Korea Selatan tahun 1963) yang bisa bangkit bahkan bersaing dengan Jepang. Padahal dulu Korea dan Jepang ini memiliki kehancuran atau kondisi yang sama. Lalu bagaimana cara mengejar Jepang? Park Chung Hee mengubah mindset seluruh pimpinan dan rakyatnya," papar Suhajar.

Bahkan, kata Suhajar kondisi Korea dan Indonesia saat itu hampir sama, namun Korea melakukan change atau perubahan secara melesat misalnya kerja 20 jam dalam sehari.

"Untuk itu, kawan-kawan yang dipanggil dan terpilih hari ini diharapkan berada di kelompok sepertiga dari tubuh organisasi kita yang siap untuk memimpin perubahan ini. Supaya orang yang sepertiganya lagi bisa melihat kita untuk ikut berubah. Dan sepertiganya lagi bisa mengubah orang yang awalnya ragu secara perlahan akan menemukan pembuktian bahwa ternyata bisa melakukan perubahan menjadi lebih baik," terang Suhajar.

Agar harapan tersebut terwujud, pria asal Karimun itu mempersiapkan para Eselon 3 ini agar menjadi pemimpin yang mampu mengelola kewenangan (pelayanan), mampu mengambil keputusan dengan tepat, serta mempertanggungjawabkannya.

"Seseorang yang mempunyai kewenangan itulah yang disebut pemimpin. Kepemimpinan itu bukanlah kesewenang-wenangan namun kepemimpinan itu adalah kewenangan melayani. Nah, ketika menjadi pemimpin itu harus hati-hati dalam mengambil keputusan, karena semuanya akan dipertanggungjawabkan. Pemimpin yang tidak bertanggungjawab akan tersisih oleh waktu," bebernya.

Baca Juga: Diikuti 65 Peserta 4 Negara, ESQ Training di Swiss

Menurut referensi yang pernah ia baca, bahwa pemimpin itu harus sebagai role model, menjadi teladan dan mampu mencegah terjadinya hal-hal yang buruk.

"Sebagai role model, tugas utama seorang pemimpin adalah mendidik (seperti guru). Bapak dan ibu yang Eselon 3 berarti mendidik para Eselon 4 dengan menjernihkan pola pikir mereka salah satunya. Agar membuat dunia menjadi lebih baik. Tugas berikutnya adalah menjadi pemimpin yang teladan. Konsepnya adalah ubah dulu diri kita baru mengubah yang lain," tuturnya.

Alasannya mengajak para peserta untuk berubah menjadi lebih baik adalah karena Kemendagri sudah sepakat untuk memperbaiki organisasi yang besar dimulai dari pemimpinnya. Menurutnya, arah perubahan yang lebih baik dan diharapkan yaitu Bangga Melayani Bangsa. Itulah yang terkandung dalam core values BerAKHLAK. Sehingga ujung change leader adalah mentransformasi Kemendagri menjadi organisasi pelayanan publik yang efektif.

Paparan yang disampaikan Suhajar dalam kurun waktu sekitar 30 menit itu disimak dengan baik oleh peserta pelatihan yang hadir secara offline serta Founder ESQ Group Ary Ginanjar Agustian secara daring.

"Saya kira apa yang disampaikan oleh Pak Suhajar sudah sangat cukup, jadi saya hanya mencoba membingkai dan menggambar supaya lebih mudah dipahami oleh semuanya apa yang disampaikan oleh Pak Sekjen. Apa yang disampaikan oleh beliau itu memacu semangat kita saat berbicara tentang Korea," kata Ary melalui zoom meeting.

Nampak dari layar, pria mantan ASN itu membagikan foto saat Korea berada di 50 Tahun lalu. Dulu, warga Korea perkapitanya hanya 67 dollar dan seketika melejit di tahun 2016 yaitu 35.000 dollar.

Baca Juga: Ingatkan Akan Instruksi Jokowi, Kemendagri Harapkan Pemda Ikut Serta Kendalikan Inflasi

"Apa yang dilakukan mereka supaya bisa menjadi Superman seperti Park Chung Hee agar bisa terbang? Korea terbang menjadi global player atau pemain dunia dan bisa mengalahkan Jepang. Indonesia juga harus seperti itu," ungkapnya

"Korea yang saat itu dipimpin oleh Park Chung Hee memegang teguh misi dan nilai-nilainya supaya bisa maju. Mereka memegang 2 kekuatan yaitu misinya adalah Urinara (demi bangsaku), serta core values-nya yakni diligence, self help, cooperation. Dan sekarang Indonesia juga punya 2 kekuatan itu. Misinya adalah Bangga Melayani Bangsa dan nilai nilainya adalah BerAKHLAK," tuturnya.

Seketika dalam layar zoom terlihat sebuah gambar dengan judul total transformational model, tertera bagan bagan dan lingkaran bulat di tengahnya yang berwarna-warni. 

"Tentu, Kemendagri sudah memiliki visi misi dan target. Bicara soal Renstra pun, strategi sudah dicanangkan oleh Pak Menteri, struktur telah disiapkan oleh pemerintah, sistem pun sudah. Namun 70 persen kegagalannya itu bukan sebelah kiri melainkan sebelah kanan yaitu karakter, nilai, dan keyakinan," ucap Ary.

"Maka tadi Pak Sekjen mengajak bapak ibu untuk gencarkan sisi sebelah kanan yaitu mentransformasikan Kemendagri dengan semangat superman yaitu change atau berubah. Dan satu lagi tambahannya adalah dari lingkaran berwarna warni ini. Saya coba gambarkan di tengahnya itu hati Anda yang isinya ada 2 yaitu misi dan nilai. Misinya adalah bangga melayani bangsa, dan nilai di dalamnya itulah yang disebut BerAKHLAK," tambahnya.

Menurutnya, hal itu diejawantahkan dengan Idealized Influence. Maka harus menjadi Pemimpin yang memiliki role model dari misi dan nilai itu. Kemudian, lanjutnya, yang kedua adalah harus menjadi Pemimpin yang memberikan inspirasi atau sebagai seorang guru (Inspirational Motivation).

Baca Juga: Grand Event ESQ di Malaysia Dibuka Ketua Mufti Muzakarrah Fatwa Kebangsaan Malaysia dan Diikuti 1000 Peserta 4 Negara

"Yang ketiga adalah anda sebagai pemimpin harus bisa menstimulasikan orang agar mengeluarkan ide-idenya (Intellectual Stimulation). Dan terakhir yaitu Pemimpin yang mampu memilih orang yang tepat agar sesuai dengan posisi yang dibutuhkan (Individualized Consideration). Kalau ini sudah dimiliki dan digabungkan maka peran anda sebagai agen perubahan akan berhasil mengubah Kemendagri bahkan Indonesia menjadi lebih baik," pungkas Ary.

Sebagai informasi, saat ini juga sedang berlangsung pengisian survei Indeks BerAKHLAK untuk 632 Kementerian/Lembaga/Daerah untuk sekitar 4 juta ASN di seluruh Indonesia. Sudah dimulai pada tanggal 29 Agustus 2022. Program ini dibagi dalam 4 batch, yaitu: Instansi Pemerintah wilayah Indonesia Barat, kemudian wilayah Indonesia Tengah, lalu wilayah Indonesia Timur dan yang terakhir Instansi Pemerintah Pusat.

Tujuannya agar program internalisasi BerAKHLAK ini tepat sasaran. Sebagaimana halnya ketika akan melakukan treatment kesehatan, maka harus dilakukan cek laboratorium (general check up). Sehingga bisa diketahui siapa yang menderita sakit dan sakitnya apa, lalu diberikan pengobatan yang presisi oleh ACT Consulting.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ayu Almas

Bagikan Artikel: