Akar Rumput PPP Terbelah Dukung Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo, Pengamat Soroti Mardiono: Beda dengan Suharso!
Gejolak internal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sempat menjadi sorotan publik menjelang kontestasi Pemilu 2024. Suharso Monoarfa dilengserkan dari jabatannya sebagai ketua Umum dan digantikan oleh Mardiono dengan status PLT.
Meski demkian, sejumlah analisis menyebut di bawah kepemimpinan Mardiono PPP belum menunjukkan soliditas yang kuat. Hal ini salah satunya diungkapkan oleh Pengamat politik dan CEO Point Indonesia Karel Susetyo.
Karen menyoroti akar rumput PPP yang saat ini terbelah mengenai dukungan sosok Capres di 2024 nanti. Keterbelahan dukungan tersebut adalah kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Karen menyebut ini adalah imbas kepemimpinan Mardiono yang dinilai lemah.
Baca Juga: Suharso Curhat Betapa Lamanya Perdebatan 'Satu Data Indonesia' di DPR, Selama 15 Tahun
"Pengurus di bawah tak lagi taat pada putusan Plt Ketum. Ini berbeda dengan saat Ketum masih dijabat oleh Suharso Monoarfa,” ujar Karel di Jakarta, Senin (10/10/2022).
Hal ini menurut Karel makin diperparah dengan sibuknya Mardiono menancapkan kekuasannya dengan sibuk menyingkirkan loyalis Suharso.
“Situasi makin diperburuk, ketika Mardiono malah sibuk mempreteli pendukung Suharso Monoarfa, baik yang ada di kepengurusan PPP dan Legislatif," ujar Karel.
Lanjut Karel, keputusan mendepak Suharso adalah sebuah blunder karena PPP seperti menggali kuburannya sendiri.
Karena hingga saat ini Suharso dinilai tetap konsisten mencintai PPP, ia tak pernah mutung, keluar lalu membentuk partai sempalan. Suharso sosok politisi Islam yang konsisten, di sisi lain juga seorang Teknokrat yang visioner. Diketahui, status Mardiono masih sebagai PLT Ketum PPP, belum definitif sebagai Ketum.
"Mardiono harus menyelenggarakan Muktamar Luar Biasa agar status nya jelas dan bisa secara resmi bertindak mewakili PPP dalam rangkaian Pemilu ke depan. Misalnya menandatangani DCS dan DCT. Tanpa itu, Mardiono hanya lah Ketum tanpa gigi. Tanpa Muktamar Luar Biasa, Mardiono tidak sah menggantikan Suharso Monoarfa", tutup Karel.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Bayu Muhardianto