Putin Bicara Dendam, Siap-siap Ukraina Terima Akibatnya, Barat Bisa Apa?
Presiden Vladimir Putin bertekad melancarkan serangan berikutnya yang bakal lebih berat kepada Ukraina setelah peledakan jembatan Krimea.
"Mustahil membiarkan (serangan Ukraina) begitu saja. Jika upaya serangan teroris terus berlanjut, respons Rusia akan lebih parah, setimpal dengan tingkat ancamannya. Itu tak perlu diragukan lagi," ancamnya pada Senin (10/10/2022) di awal rapat Dewan Keamanan yang disiarkan televisi, dilansir dari AFP.
Baca Juga: Putin: Serangan Rusia Adalah Respons atas 'Terorisme' Ukraina
Ancaman Putin dilontarkan setelah rusaknya jembatan utama di Krimea akibat ledakan besar pada Sabtu (8/10/2022). Jembatan itu merupakan proyek kebanggaan Putin sekaligus jaringan transportasi penting antara Rusia dan semenanjung yang dicaplok Moskow pada 2014.
Membalas serangan itu, Putin bertekad melancarkan serangan membabi buta dengan senjata jarak jauh berpresisi tinggi pada pusat energi, komando militer, dan fasilitas komunikasi di Ukraina.
Menurut Kementerian Pertahanan Rusia, serangkaian serangan telah mencapai target.
Putin juga menuduh Ukraina melancarkan 3 serangan terhadap pembangkit listrik tenaga nuklir Kursk di Rusia dari perbatasan Ukraina. Ukraina juga dituding berusaha menyerang pipa gas TurkStream yang mengalir dari Rusia menuju Turki di dasar Laut Hitam.
Sementara itu, menurut Layanan Darurat Ukraina, serangan pagi di seluruh Ukraina, terbesar dan terluas sejak awal perang, telah menewaskan sedikitnya 11 orang dan melukai 64 lainnya.
Untuk pertama kalinya sejak akhir Juni, Kyiv dihantam sejumlah rudal Rusia pada Senin (10/10/2022). Wilayah yang dihantam adalah distrik Shevchenko, area luas di pusat kota yang mencakup kota tua bersejarah dan sejumlah kantor pemerintah, menurut Wali Kota Vitali Klitschko.
Sejumlah rudal Rusia juga menghantam dekat markas pemerintah di jantung simbolis kota, tempat parlemen dan landmark utama lainnya berada.
Sementara itu, warga di jalan terlihat berlumuran darah di baju dan tangan mereka. Sejumlah mobil pun rusak maupun hancur. Sirene serangan udara terdengar berulang kali di seluruh negeri.
Menurut mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev, serangan ini baru 'episode pertama'. Rusia pun bertujuan 'membongkar' total rezim politik Ukraina.
Rusia juga melancarkan serangan ke beberapa kota lain di Ukraina, terutama menargetkan infrastruktur energi.
Pemadaman listrik pun dilaporkan di sejumlah wilayah, termasuk kota terbesar kedua Ukraina, Kharkiv, dan wilayah sekitarnya, begitu juga wilayah Sumy di timur laut, wilayah Zhytomyr di utara, dan wilayah Khmelnytskyi di barat.
Serangan berikutnya di kota-kota besar juga menghantam daerah pemukiman. Ini menandakan perang semakin sengit setelah Ukraina sukses melancarkan serangan balasan dalam beberapa pekan terakhir.
Menurut Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, pasukan Rusia meluncurkan puluhan rudal dan drone buatan Iran ke Ukraina. Sementara itu, menurut perdana menterinya, ada 11 target infrastruktur utama terkena di 8 wilayah, sehingga tak ada listrik, air, maupun pemanas di sana.
Staf Jenderal Angkatan Bersenjata Ukraina pun mengatakan ada 75 rudal ditembakkan ke sasaran Ukraina. Sebanyak 41 di antaranya berhasil ditangkis oleh pertahanan udara.
Sasarannya adalah wilayah sipil dan fasilitas energi di 10 kota, menurut pidato Zelensky.
"Rusia sengaja memilih waktu dan target semacam itu untuk menimbulkan kerusakan paling dahsyat," kecamnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: