Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kebutuhan SPKLU Hanya 10 Persen, Ini Strategi PLN Jangkau Pengguna Kendaraan Listrik

Kebutuhan SPKLU Hanya 10 Persen, Ini Strategi PLN Jangkau Pengguna Kendaraan Listrik Kredit Foto: PLN
Warta Ekonomi, Jakarta -

Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo menyebut bahwa kebutuhan stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) di dunia hanya mencapai 10 persen, sedangkan 90 persen di antaranya adalah home charging.

Menurutnya, jika melihat kapasitas dari kendaraan beroda empat atau lebih yang memiliki kapasitas baterai besar yang mampu menempuh jarak hingga 360 kilometer bukanlah sebuah masalah, berbeda hal dengan kendaraan roda dua.

"Untuk motor listrik ini menjadi tantangan karena sekali nge-charge baterainya kecil itu hanya 60 kilo, tentu saja kita harus membangun teknologi baterai swab begitu baterai swab harganya bukan 1.600 per kwh tapi bisa sampai 4 ribu per kwh jadi lebih mahal sedikit tapi dibanding 15 ribu masih lebih murah dan kemudian emisinya bisa turun karena tanpa adanya baterai swab 60 km itu rampung," ujar Darmawan dalam diskusi virtual, Selasa (11/10/2022).

Baca Juga: PLN Siap Perbanyak Fasilitas SPKLU Mobil Listrik

Darmawan mengatakan bahwa bilamana tidak ada fasilitas tersebut, maka akan membuat pengguna motor listrik khususnya driver online enggan untuk menggunakannya. 

"Untuk itu kita sudah bangun suatu sistem baterai swab yang butuh hanya 1-1, 5 menit untuk swab, jadi swab bayar dan itu satu liter listriknya masih murah daripada 1 liter bensin karena harus ada biaya investasi untuk swabnya kemudian ada membership dan lain-lain itu masih bisa," ujarnya. 

Lanjutnya, kecilnya presentase dari penggunaan SPKLU yang hanya 10 persen tersebut membuat PLN memfasilitasi dengan seluruh kekuatannya agar transisi ini bisa berjalan dengan baik. 

Hal tersebut dilakukan melalui kerja sama dengan beberapa produsen mobil ataupun motor listrik yang menyalurkan kendaraanya di Indonesia, seperti Hyundai, Mitsubishi hingga Gesit untuk kendaraan roda dua. 

Kerja sama tersebut dilakukan dengan cara meminta data konsumen dari kendaraan tersebut untuk dapat dilakukan pelayanan yang optimal terhadap pembeli dan pengguna listrik PLN. 

"Kami kerja sama dengan pabrikan begitu ada pembelian mobil listrik langsung datanya masuk ke kami, dan di situ ada daftar alamat di mana mobil itu ada akan dipasang home charging dan kami langsung kirim tim ke sana, kapasitasnya ditambah, dan apa semuanya home charging terpasang langsung kami sambung ke sistem digital kami dan kami berusaha menjemput bola," tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: