Kondisi perubahan iklim maupun pemanasan global akibat emisi gas rumah kaca, hingga krisis cadangan energi berbasis fosil, berpotensi menciptakan disrupsi bagi keseimbangan kehidupan yang harmoni. Tidak hanya berdampak bagi generasi di masa sekarang, namun juga akan terasa untuk generasi di masa depan. Implementasi transisi penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) memegang peranan penting akan transformasi energi yang ramah lingkungan, untuk mendukung upaya Pemerintah Indonesia mewujudkan target netralitas karbon pada tahun 2060 mendatang.
Peran strategis akan era transisi energi sebagai kunci keberhasilan penurunan emisi karbon di Indonesia, akan menjadi fokus tema rangkaian Seminar Nasional tahap ke-3 yang diselenggarakan Selasa (11/10/2022) di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Surabaya yang mengangkat tema "Transisi Energi Baru Terbarukan Menuju Net Zero Emission (NZE) dan Tantangannya".
Baca Juga: Kurangi Emisi Karbon, Ini Sejumlah Jurus Jitu Kementerian PUPR
Seminar ini merupakan aksi nyata sinergi positif Triple Helix antara Pemerintah, Akademisi, dan Industri untuk tidak hanya sekedar wacana namun bersama-sama berkolaborasi mewujudkan penurunan emisi karbon di Indonesia.
Toyota Indonesia sebelumnya telah mendukung penyelenggaraan rangkaian aktivitas Seminar Nasional dengan tema besaran: 100 Tahun Industri Otomotif Indonesia Mewujudkan NZE di Indonesia di dua lokasi universitas nasional di antaranya pada tahap pertama, seminar nasional diselenggarakan di Universitas Diponegoro (UNDIP) di Semarang (25/5/2022) bertemakan "Komitmen Indonesia terhadap Net Zero Emission, Kontribusi Masing-Masing Sektor dan Tantangannya" dan pada tahap kedua berkolaborasi bersama civitas akademia Universitas Udayana (UNUD) di Bali (27/7/2022) mengangkat tema "Bali untuk Pariwisata Hijau & Berkelanjutan Menuju Net Zero Emission di Indonesia".
Seminar nasional tahap ketiga bersama ITS kali ini akan memfokuskan tema pembahasan transisi EBT sebagai prioritas nasional Pemerintah. Pemahaman yang sama akan pentingnya dukungan penuh kepada Pemerintah dalam mewujudkan pengurangan karbon emisi yang nyata tentu membutuhkan partisipasi dan kontribusi aktif seluruh pihak.
Transisi energi didefiniskan dengan pemanfaatan dan peningkatan semaksimal mungkin pengunaan energi bersih. Pada implementasinya, upaya menuju era EBT juga menghadapi tantangan sendiri bagi Indonesia yang memiliki sumber daya EBT yang berlimpah seperti tenaga surya, angin, panas bumi, bio energi, energi laut dan sebagaianya dengan karakteristik geografis yang beragam, di mana setiap wilayah memiliki potensi dan pendekatan strategi implementasi yang berbeda.
Kolaborasi Jadi Jembatan Transisi Energi
Sebagai bagian dari industri otomotif nasional, Toyota Indonesia berkomitmen untuk berkolaborasi dan bersinergi bersama akademisi untuk memberikan edukasi serta menyelaraskan pemahaman masyarakat, khususnya generasi muda yang berpartisipasi aktif dalam mendukung peta jalan energi Pemerintah. Optimalisasi potensi Indonesia yang memiliki sumber EBT, tentunya dalam pelaksanaanya juga harus memastikan perkembangan ekonomi yang berkelanjutan di semua lini kehidupan, terutama di masa pemulihan ekonomi nasional saat ini.
Baca Juga: Kebutuhan Dana untuk Transisi Energi Besar, Kementerian ESDM Bakal Lakukan Tiga Hal Ini
Dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan pemahaman akan pentingnya dukungan terhadap Pemerintah dalam memanfaatkan EBT, peran akademisi dalam menyampaikan inovasi – inovasi teknologi yang dapat diterapkan dari proses hulu ke hilir oleh industri, menjadi salah satu kunci keberhasilan untuk memperdalam pemahaman terkait peta jalan EBT di Indonesia. Salah satunya, di industri otomotif melalui Life Cycle Assesment (LCA) yang dapat menjadi bentuk kontribusi nyata terhadap pengurangan karbon emisi di Indonesia.
Melalui transformasi industri otomotif, Toyota Indonesia hadir dengan pendekatan Multi-pathway yaitu sinergi ragam teknologi kendaraan elektrifikasi dan pemanfaatan energi rendah emisi seperti biofuel, ethanol, dan hydogren, serta optimalisasi implementasi energi baru dan terbarukan (EBT) dalam proses manufaktur yang lebih ramah lingkungan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ayu Almas