Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Putin dan Presiden UEA Santai Respons Amerika yang Koar-koar Hasil OPEC+

Putin dan Presiden UEA Santai Respons Amerika yang Koar-koar Hasil OPEC+ Kredit Foto: Reuters/Sputnik/Kremlin/Aleksey Nikolskyi

Pekan lalu OPEC+, yang mencakup Rusia serta Arab Saudi, mengumumkan akan memangkas produksi sebesar 2 juta barel per hari. Langkah ini dinilai akan membantu menopang harga minyak yang memungkinkan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk terus melancarkan invasi ke Ukraina. 

Pengurangan produksi juga merugikan upaya AS dan sekutunya yang menjatuhkan sanksi finansial kepada Rusia.

Baca Juga: Produksi Minyak Dipangkas OPEC+, Arab Saudi Ogah Ikuti Komentar Amerika, Tegas!

"Keputusan bencana Arab Saudi untuk memangkas produksi minyak sebanyak dua juta barel per hari memperjelas bahwa Riyadh berusaha untuk merugikan AS dan menegaskan kembali perlunya menilai kembali hubungan AS-Saudi," kata Khanna.

Pemerintahan AS akan mengevaluasi hubungan dengan Arab Saudi. Sekretaris pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengatakan, tidak membeberkan lebih lanjut terkait apa saja yang akan dievaluasi ulang.

"Amerika Serikat akan mengawasi situasi dengan cermat selama beberapa minggu dan bulan mendatang," katanya.

Pengumuman pemerintahan Biden terkait evaluasi itu muncul sehari setelah Ketua Komite Hubungan Luar Negeri Senat, Bob Menendez, mengatakan, Amerika Serikat harus segera membekukan semua aspek kerja sama dengan Arab Saudi, termasuk penjualan senjata.

Amerika Serikat menuduh Arab Saudi tunduk kepada Rusia, yang menolak pembatasan harga minyak oleh Barat akibat invasi Moskow ke Ukraina. Para pejabat AS diam-diam berusaha membujuk Arab Saudi untuk menolak gagasan pengurangan produksi. Tetapi penguasa de-faktor Arab Saudi, Putra Mahkota Mohammed bin Salman, tidak terpengaruh dengan bujukan Washington.

Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih, John Kirby, mengatakan, Biden akan bekerja dengan Kongres untuk memikirkan bagaimana hubungan AS dengan Saudi ke depannya. 

"Dan saya pikir dia akan bersedia untuk memulai percakapan itu segera. Saya tidak berpikir ini adalah sesuatu yang harus menunggu atau harus menunggu lebih lama lagi," ujarnya.

Juru bicara Departemen Luar Negeri, Ned Price, pada Selasa (11/10/2022) mengatakan, pemerintahan Biden tidak akan mengabaikan Iran/dalam tinjauan tersebut.  Sebagian besar penjualan senjata AS ke Arab Saudi dilakukan dengan mempertimbangkan ancaman Iran di kawasan itu.

 "Ada tantangan keamanan, beberapa di antaranya berasal dari Iran. Tentu saja, kami tidak akan mengabaikan ancaman yang ditimbulkan Iran tidak hanya di kawasan itu, tetapi dalam beberapa hal di luar," kata Price.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: