"Kita telah melihat pengetatan kebijakan moneter global yang lebih cepat dari yang diantisipasi dengan banyak perusahaan periklanan dan negara berkembang menaikkan suku bunga mereka secara signifikan, yang menciptakan risiko tumpahan di seluruh perang dunia dengan melonjaknya harga komoditas; meningkatkan inflasi dan suku bunga global; dan pengetatan likuiditas meningkatkan risiko kesulitan tekanan utang, tidak hanya di negara-negara berpenghasilan rendah, tetapi juga negara-negara berpenghasilan menengah dan bahkan maju," ucap bendahara negara Indonesia itu.
"Sebagian besar dari kita mulai dari deposisi tinggi mengingat tindakan luar biasa yang kita ambil untuk berbagi ekonomi kita. Kita semua telah memperburuk inflasi global dan sosial, semua ini merupakan risiko karena telah memperburuk inflasi global, dan juga mengancam stabilitas sosial karena rumah tangga miskin dan rentan khususnya mengalami penurunan standar hidup," imbuhnya.
Baca Juga: UMKM Harus Jadi Penyelamat Resesi Ekonomi Dunia
Selanjutnya, Sri Mulyani juga mengatakan bahwa telah terlihat pengetatan kebijakan moneter global yang lebih cepat dari yang diantisipasi, dan ini juga menciptakan ancaman bagi pemulihan. Ia memprediksi, situasi global akan tetap sulit di tahun 2022 dan mungkin dapat meluas hingga tahun 2023.
"Kristalina (Direktur Pelaksana IMF) akan berbagi dengan kita proyeksi terbaru mereka, bahwa kita tidak boleh mengabaikan kemungkinan peningkatan risiko resesi," ujarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Martyasari Rizky
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: