Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mahfud MD Ungkap Fakta Tragedi Kanjuruhan: Jauh Lebih Mengerikan dari yang Beredar di Medsos

Mahfud MD Ungkap Fakta Tragedi Kanjuruhan: Jauh Lebih Mengerikan dari yang Beredar di Medsos Kredit Foto: Andi Hidayat
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengungkap fakta-fakta baru dari tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada Sabtu (1/10/2022) lalu. Ia menyebut tragedi jatuhnya korban lebih mengerikan dari video-video yang beredar di media massa.

"Fakta yang kami temukan, korban yang jatuh itu, proses jatuhnya korban itu jauh lebih mengerikan dari yang beredar di televisi maupun di medsos," kata Mahfud dalam konferensi persnya di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (14/10/2022).

Baca Juga: Achmad Nur Hidayat Soroti Keterangan Humas Polri Terkait Penyebab Tewasnya Ratusan Korban di Tragedi Kanjuruhan, Simak!

Mahfud menyebut kronologi jatuhnya korban diperoleh Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) melalui 32 CCTV yang ada di sekitar Stadion Kanjuruhan. Dalam penglihatannya, jatuhnya korban tidak sekonyong-konyong karena gas air mata saja.

"Ada yang saling gandengan untuk keluar bersama; yang satu bisa keluar, yang satu tertinggal. Yang di luar (stadion) balik lagi untuk menolong temannya, terinjak-injak, mati," kata Mahfud.

Mahfud juga menuturkan banyak korban berjatuhan karena kehabisan napas pada saat kejadian. Dia juga menyebut ada pula yang mencoba membantu memberi napas buatan, akan tetapi tidak selamat karena gas air mata yang kadung menyeruak di Stadion Kanjuruhan.

"Kemudian yang mati dan cacat serta sekarang kritis, dipastikan itu terjadi karena desak-desakan setelah ada gas air mata yang disemprotkan. Itu penyebabnya," jelas Mahfud.

Baca Juga: Wapres: Kita Tunggu Investigasi TGIPF Kanjuruhan, Siapa yang Salah

Sementara itu, Mahfud menegaskan soal kandungan zat kimia yang ada dalam gas air mata kini tengah dilakukan pendalaman di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Mahfud mengungkap, pendalaman tersebut dilakukan untuk mengetahui tingkat keberbahayaan gas air mata yang digunakan.

"Tetapi apapun hasil pemeriksaan dari BRIN, itu tidak bisa mengurai kesimpulan bahwa kematian massal itu terutama disebabkan oleh gas air mata," jelasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Andi Hidayat
Editor: Ayu Almas

Bagikan Artikel: