Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Luncurkan Buku Kajian Stabilitas Keuangan Nomor 39, Bos BI: Ada 3 Pesan Utama!

Luncurkan Buku Kajian Stabilitas Keuangan Nomor 39, Bos BI: Ada 3 Pesan Utama! Kredit Foto: Antara/Fikri Yusuf

Di sistem pembayaran, upaya penguatan terus BI lakukan untuk mengakselerasi terwujudnya integrasi ekonomi keuangan digital secara nasional. 

"Kami terus memperkuat penggunaan QRIS yang hingga akhir semester I-2022 telah mencapai 21 juta pengguna, 19 juta merchant yang sebagian besar UMKM. Bahkan hingga transaksi lintas negara khususnya dengan Thailand dan insya allah dengan Malaysia, dan negara-negara ASEAN 5 lainnya," lanjut Perry.

Baca Juga: Genjot Akses dan Literasi Keuangan, DAI Gelar Puncak Hari Asuransi 2022

Pemanfaatan BI-Fast juga terus Bank Indonesia dorong, agar transaksi keuangan bisa semakin efisien dan handal. 

Pendalaman pasar keuangan terus didorong, termasuk pendalaman pasar valuta asing dengan memperluas penggunaan instrumen lindung nilai dan juga meningkatkan penggunaan mata uang lokal dalam berbagai transaksi perdagangan dan investasi antar negara.

Di bidang makropudensial, kebijakan akomodatif terus kami perkuat untuk mendorong kredit dan pembiayaan perbankan kepada dunia usaha. Inovasi kebijakan BI arahkan untuk mendorong kinerja intermediasi serta inklusi ekonomi dan keuangan, dengan tetap menjaga ketahanan sistem keuangan.

"Kami mengapresiasi kontribusi perbankan dalam mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional melalui peningkatan penyaluran kredit dan pembiayaan kepada dunia usaha," ucap Perry. 

Menyambut semangat tersebut dan agar peran perbankan memberi dampak yang lebih besar, BI juga meningkatkan besaran Insentif Giro Wajib Minimum untuk pembiayaan sektor prioritas dan inklusif, bagi bank-bank yang menyalurkan kredit pembiayaan kepada 46 sektor-sektor prioritas termasuk UMKM dan inklusif, dan juga memperluas cakupan-cakupan sektor prioritas tersebut. 

Selain itu, kebijakan Rasio Pembiayaan Inklusif Makropudensial (RPIM) juga disempurnakan untuk mengoptimalkan kontribusi perbankan dalam mewujudkan keuangan inklusif sesuai dengan kapasitas masing-masing bank. 

"Kami juga mengapresiasi perbankan untuk menjaga suku bunga kredit tetap akomodatif. Sejalan dengan itu kebijakan Transparansi Suku Bunga Dasar Kredit kami lanjutkan, sehingga masyarakat luas dapat turut berpartisipasi untuk mendorong terbentuknya suku bunga yang efisien dan kompetitif," lanjutnya.

Instrumen kebijakan Countercyclical Capital Buffer (CCyB), Rasio Intermediasi Makropudensial (RIM), dan Loan to Value (LTV)  atau Financing to Value (FTV) untuk kredit pembiayaan sektor properti dan otomotif juga tetap BI arahkan secara akomodatif, sehingga mendukung penyaluran kredit pembiayaan kepada dunia usaha.

Untuk tetap menjaga ketahanan perbankan, rasio penyangga likuiditas makropudensial (PLM) untuk bank umum konvensional tetap ditetapkan sebesar 6%, dan untuk bank umum syariah sebesar 4,5% yang seluruhnya dapat direpokan kepada BI untuk memenuhi kebutuhan likuiditas.

Ketiga, sinergi Bank Indonesia terus memperkuat sinergi kebijakan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan melalui empat lembaga anggota komite stabilitas sistem keuangan (KSSK), yaitu Kementerian Keuanga, BI, OJK, dan LPS. Ketahanan sistem keuangan yang terjaga ini menjadi landasan bagi KSSK untuk tetap optimis dengan terus mewaspadai seluruh tantangan dan risiko yang dihadapi.

Sinergi kebijakan terus diperkuat dalam rangka menjaga stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan, serta mendorong kredit dan pembiayaan kepada dunia usaha pada sektor-sektor prioritas untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, ekspor, serta inklusi ekonomi dan keuangan.

Baca Juga: PLN Jajaki Pendanaan dari Lembaga Keuangan Internasional Guna Rencana Pensiunkan PLTU 6,7 GW

"Seluruh upaya, assessment, dan sinergi yang kami lakukan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan sepanjang semester I-2022 yang dituangkan dalam buku KSK No.39 ini kami persembahkan bagi para pelaku dan pembuat keputusan di industri keuangan nasional, pemerintah dan otoritas, akademisi, seluruh lapisan masyarakat Indonesia, serta seluruh mitra-mitra Bank Indonesia di manca negara. Mari bersama kita wujudkan sinergi yang kuat untuk mendukung terwujudnya ketahanan sistem keuangan dan penguatan kinerja intermediasi sehingga ekonomi kita bisa pulih lebih cepat dan bangkit lebih kuat," pungkasnya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Martyasari Rizky
Editor: Aldi Ginastiar

Bagikan Artikel: