Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

ICDX Prediksi Harga Bahan Energi Dunia Masih Stabil di Kuartal IV-2022

ICDX Prediksi Harga Bahan Energi Dunia Masih Stabil di Kuartal IV-2022 Kredit Foto: ICDX
Warta Ekonomi, Jakarta -

Research & Development Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Girta Yoga memprediksi beberapa harga bahan bakar energi dunia masih dalam posisi stabil pada kuartal IV-2022.

Yoga mengatakan, untuk minyak posisi resistensinya berada di kisaran US$110 sampai dengan US$120 per barel, sedangkan untuk support-nya berada di angka US$85-US$75 per barel untuk minyak mentah.

"Untuk gas alam di potensi resistensinya di 7.50-8.50, sedangkan untuk support-nya sendiri pergerakan ya potensinya itu ada di poin 5.50-4.50," ujar Yoga dalam diskusi virtual, Selasa (25/10/2022) .

Baca Juga: ICDX Nilai Ekonomi Indonesia Masih Kuat di Tengah Krisis Energi Dunia

Yoga mengatakan potensi harga batu bara di kuartal IV masih sama pada proyeksi kuartal sebelumnya, di mana potensi resistensiya akan menemui potensi resisten di kisaran harga US$475-US$500 per ton.

"Sedangkan support-nya sendiri diproyeksikan menyentuh di US$350 sampai US$325 per ton," ujarnya.

Yoga melanjutkan, sentimen yang harus diperhatikan untuk harga minyak sendiri pastinya adalah masih ada kaitannya dengan rencana implementasi embargo yang sebelumnya akan diberlakukan Uni Eropa pada awal November mendatang.

"Jadi, sewaktu embargo ini dilaksanakan artinya tetap mencari yang namanya komoditas energi supply lain ataupun dia mencari komoditas energi lain misalnya ke batu bara ataupun ke bahan lainnya, seperti biodiesel," ungkapnya. 

Sedangkan sentimen lainnya yang menjadi fokus adalah perkembangan seputar konflik Rusia-Ukraina yang kondisinya beberapa hari terakhir ini masih memanas di mana Ukraina menyebutkan bahwa akhir pekan lalu krisis konflik ini menyebabkan terjadinya gangguan atas jalur distribusi yang melewati laut Hitam.

"Jadi kapasitas untuk mereka melakukan ekspor dari laut Hitam itu sudah hanya bertahan di kisaran 25-35 persen dari kapasitas total, dari hal tersebut bisa dilihat terjadinya gangguan pasokan yang dampaknya nanti berpotensi merembet ke global," tutupnya. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: