Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sri Mulyani Sebut Inflasi Tinggi di Berbagai Negara Maju Saat Ini sebagai 'The Worst in 40 Years'

Sri Mulyani Sebut Inflasi Tinggi di Berbagai Negara Maju Saat Ini sebagai 'The Worst in 40 Years' Kredit Foto: Antara/POOL/Nyoman Budhiana
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan adanya permintaan barang dan pemulihan ekonomi menyebabkan banyak harga komoditas yang meningkat melonjak tinggi. Kondisi ini diperburuk dengan beberapa pasokan bahan pangan dan bahan energi yang tidak mulus karena adanya kondisi geopolitik Rusia-Ukraina.

"Kenaikan komoditas ini mendorong inflasi tinggi di berbagai negara. Kenaikannya adalah the worst in 40 years," ungkap Sri Mulyani saat menjadi narasumber Program Pelatihan Kepemimpinan IA ITB di Jakarta, mengutip dari rilisnya, Selasa (25/10/2022).

Baca Juga: BI Sumut Catat Kelompok Transportasi Penyumbang Inflasi Terbesar di Bulan September

Menurutnya, inflasi yang saat ini terjadi merupakan inflasi terburuk yang dialami sejumlah negara. Kondisi ini terjadi di Amerika, Eropa, dan Jepang yang selama berdekade-dekade berjuang dengan deflasi.

"Suddenly, mereka punya inflasi. Ini adalah di satu sisi tadinya para policy maker di negara-negara maju itu mikir, oh ini inflasi sementara karena tadi demand-nya lari duluan (sementara) supply-nya telat di belakang," jelas sang bendahara negara.

Namun nyatanya, inflasi terus menerus naik. Hal ini menyebabkan negara-negara maju tersebut menaikkan suku bunga dengan tajam. Ia mengatakan, biasanya bank sentral menaikkan suku bunga 25 basis poin atau 0,25%. Sekarang menjadi sudah biasa melihat bank sentral menaikkan 50 basis sampai 75 basis sekali naik.

"Kenaikan sebuah suku bunga policy seperti ini bukanlah sesuatu yang sepele. Di seluruh dunia, di negara maju ini akan menimbulkan dampak dan memang itu yang diinginkan, yaitu dampak untuk melemahkan demand supaya supply-nya bisa kerja dulu. Ini supaya inflasinya turun," tandasnya.

Baca Juga: Inflasi Naik, Pemprov Riau Minta Operasi Pasar Beras Diperbanyak

Meski demikian, kenaikan suku bunga yang menyebabkan dan menciptakan potensi terjadinya pelemahan demand perlu dicermati. Menkeu menyatakan, kondisi ini dapat menyebabkan resesi.

"Kalau resesinya datang lebih dulu tapi inflasinya belum turun, maka yang terjadi ekonominya adalah resesi tambah inflasi. Namanya stagflasi. Itu yang tidak diinginkan," pungkas Menkeu.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Martyasari Rizky
Editor: Ayu Almas

Bagikan Artikel: