Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Efek Domino Pembuatan Konten Budaya

Efek Domino Pembuatan Konten Budaya Kredit Foto: Kemendikbudristek
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kesadaran masyarakat terhadap keragaman budaya Indonesia terbilang masih minim. Sekarang ini banyak netizen lebih mengonsumsi budaya asing di ruang digital. Padahal kebudayaan Indonesia tidak kalah menarik.

Humas Parfi '56 dan Praktisi Literasi Digital, Ari B. Wibowo ST mengatakan, setiap individu harus mengedepankan pembuatan konten budaya di ruang digital sehingga kesadaran akan kebudayaan Indonesia yang beragam meningkat.

Baca Juga: Jangan Lupakan Identitas ketika Mengidolakan Budaya Asing

"Nanti akan saling berurutan. Awareness akan tercipta. Di era digital ini gampang sekali, makanya viralkan kearifan lokal. Itu nanti akan efek domino. Sehingga otomatis awareness akan tinggi," kata Humas Parfi '56 dan Praktisi Literasi Digital, Ari B. Wibowo ST saat webinar Makin Cakap Digital 2022 untuk kelompok masyarakat di wilayah Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, pada Rabu (26/10/2022).

Pengguna internet di Indonesia pada tahun 2021 mengalami peningkatan, We Are Social mencatat kini pengguna internet di Indonesia mencapai 202,6 juta pengguna, di mana sebanyak 170 juta penggunanya menggunakan media sosial.

Baca Juga: Budaya Bermedia Digital Dibangun Sejak Dini

Beragam cara bisa dilakukan agar konten budaya Indonesia mendapatkan atensi. Individu bisa memulainya di platfom TikTok yang sedang digandrungi generasi muda. Semakin viral atau mendapat atensi, otomatis awarness terhadap kebudayaan tersebut meningkat.

CEO dan Founder of Coffee Meets Stocks, Theo Derick mengatakan, individu tidak harus membuat konten budaya. Tapi menyelipkan kebudayaan pada setiap konten. Sesimpel menggunakan berbagai corak batik ketika berkonten. 

"Karena jujur. Saya realistis. Kalau kita mau sampaikan secara gamblang, kadang susah menarik atensi orang. Karena jujur orang atau market kadang tidak tertarik dengan budaya. Jeleknya memang masih di situ. Paling yang bisa kita lakukan adalah memberikan sesuatu yang menarik, tapi menempelkan unsur budayanya," kata Theo.

Sebagai respons untuk menanggapi perkembangan TIK ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi melakukan kolaborasi dan mencanangkan program Indonesia Makin Cakap Digital. Program ini didasarkan pada empat pilar utama literasi digital yakni Kemampuan Digital, Etika Digital, Budaya Digital, dan Keamanan Digital. Melalui program ini, 50 juta masyarakat ditargetkan akan mendapat literasi digital pada tahun 2024.

Baca Juga: Kampanyekan Budaya Indonesia Melalui Platform Digital

Webinar #MakinCakapDigital 2022 untuk kelompok masyarakat di wilayah Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siber Kreasi.

Kali ini hadir pembicara-pembicara yang ahli di bidangnya untuk berbagi terkait budaya digital antara lain CEO dan Founder of Coffee Meets Stocks, Theo Derick. Kemudian Ketua Relawan TIK Surabaya, Muhajir Sulthonul Aziz, S.Kom, M.I.Kom, serta mengundang Humas Parfi '56 dan Praktisi Literasi Digital, Ari B. Wibowo ST.

Baca Juga: Berkolaborasi Gaungkan Kebudayaan Indonesia

Untuk informasi lebih lanjut mengenai program Makin Cakap Digital 2022 hubungi info.literasidigital.id dan cari tahu lewat akun media sosial Siberkreasi, bisa klik ke Instagram @siberkreasi dan @literasidigitalkominfo.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ayu Almas

Bagikan Artikel: