Kandungan asam lemak jenuh (saturated fatty acid) dalam minyak sawit yang cukup tinggi dengan proporsi mencapai 50 persen dan sebagian besar terdiri dari palmitic acid. Melansir laman Palm Oil Indonesia, tingginya kandungan asam lemak jenuh tersebut digunakan oleh asosiasi produsen kedelai Amerika (ASA) untuk memojokkan minyak sawit dengan menggunakan isu kolesterol.
Propaganda tersebut juga didukung oleh framing berita dari media massa yang semakin memojokkan minyak sawit dengan isu tersebut. Implikasi dari isu tersebut ialah terbangunnya persepsi buruk hingga label minyak sawit sebagai minyak berkolesterol yang mengakar kuat di mata konsumen.
Baca Juga: Ikuti Harga Minyak Mentah, Minyak Sawit Turut Alami Peningkatan
"Namun tuduhan tersebut tidak pernah terbukti oleh riset-riset ahli gizi dan kesehatan di berbagai negara. Sejauh ini tak satupun ahli-ahli gizi di dunia yang pernah mengatakan bahwa minyak goreng dari nabati seperti minyak goreng sawit mengandung kolesterol," catat laporan PASPI.
Hasil riset nasional dan internasional dalam laporan PASPI menemukan kolesterol hanya dihasilkan oleh hewan dan manusia, sedangkan tanaman tidak memiliki kemampuan menghasilkan kolesterol.
Baca Juga: Minyak Sawit Merah, Peranan dan Kandungan Nilai Gizinya
Senada dengan hal tersebut, dalam laporan PASPI, Dr. Bruce Fife, seorang penulis buku, speaker, nutritionist bersertifikat dan naturopathic physician, juga menyebutkan hal yang sama. Dalam bukunya yang berjudul The Palm Oil Miracle, Dr. Fife menuliskan salah satu kesalahpahaman terbesar yang dimiliki banyak orang tentang minyak sawit adalah karena mengandung lemak jenuh sehingga dianggap juga mengandung kolesterol. Padahal, hanya lemak hewani yang mengandung kolesterol. Minyak sawit ialah minyak nabati dan sama sekali tidak mengandung kolesterol.
"Seperti semua minyak nabati yang tidak dimurnikan lainnya, minyak sawit (khususnya minyak sawit merah) mengandung sedikit sterol yang strukturnya mirip dengan kolesterol. Sterol tumbuhan atau pitosterol tidak terlibat dalam proses anthyerosclerotic dan tidak menyebabkan penyakit jantung. Namun sterol tumbuhan dapat menurunkan kolesterol darah," catat Dr. Fife dalam bukunya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Ayu Almas