Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tingkatkan Kualitas SDM, APINDO Jabar Teken MoU dengan UPI dan IKA UPI

Tingkatkan Kualitas SDM, APINDO Jabar Teken MoU dengan UPI dan IKA UPI Kredit Foto: Apindo Jabar

Ning menilai program MBKM membuka peluang tumbuhnya fleksibilitas di kalangan mahasiswa. Aspek ini yang kemudian berkaitan dengan link and match antara lembaga pendidikan dengan dunia kerja. Seorang lulusan dituntut memiliki fleksibilitas tinggi. Hal tersebut tidak lepas dari fakta bahwa sejak 2021 lalu, tercatat 80 persen lulusan tidak sesuai antara prodi dengan pekerjaannya. 

"Gila, kan? That very crazy! Jadi, di antara lulusan kampus itu, 80 persennya bekerja tidak sesuai dengan jurusan. Jadi, karena seperti itu pesan saya kepada adik-adik ini tolong kembangkan diri  sendiri, tingkatkan fleksibilitas karena kita ada pada zaman yang tidak menyediakan pekerjaan yang sesuai dengan yang kita inginkan," ungkapnya.

"Jadi, tingkatkan fleksibiltas dengan cara mengasah diri. Kita harus mempunyai kemampuan-kemampuan lain di luar kemampuan yang sekarang dipelajari. Hanya fleksibilitas itu yang menurut saya akan menempatkan adek-adek ini kepada pekerjaan yang tersedia. Apakah jelek kita bekerja tidak sesuai prodi? Enggak! Kita punya contoh ini Pak Menteri yang jurusan Bahasa Inggris bisa menjadi Menteri Perdagangan. Iya, kan? Dan, kita juga Pak Jokowi yang jurusan Kehutanan bisa jadi Presiden. Kalau saya contoh kecil, lah!" jelasnya.

Baca Juga: Anugerah Penyiaran KPID Jabar 2022 Bertepatan dengan Batas Akhir Analog Switch Off

"Jadi, saya pesan itu banget-banget. Tingkatkan fleksibilitas diri. Kita ada pada dunia di mana pekerjaan tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Tetapi pekerjaan itu tersedia, meskipun kita harus merebutnya. Merebut dengan apa? Dengan kompetisi. Siapa yang menang, yang siap untuk itu. Dan, yang siap untuk itu siapa? adalah anak-anak, orang-orang, yang sudah memiliki fleksibilitas!" sambungnya.

Adapun Ketua IKA UPI, Enggartiasto menyambut baik kerja sama tersebut. Ia berharap dengan adanya MOU tersebut dapat menjawab tantangan dalam program MBKM.

"Secara khusus dengan Apindo Jawa Barat, kesepahaman ini didesain untuk menjawab tantangan  program MBKM. Kemudian juga menjawab kebutuhan untuk menyiapkan tenaga-tenaga profesional  yang ada di lapangan sampai membuat lembaga sertifikasi dan meningkatkan keahlian. Pak Warek, itu semua prakarsa dari kami. Dan, tanpa diminta secara resmi, kami menawarkan dan menyampaikan ini secara resmi sebagai bukti dari komitmen kami semua para alumni untuk berbuat sesuatu yang terbaik bagi kampus Bumi Siliwangi tercinta yang telah membentuk kami semua seperti ini," jelasnya.

Senada dengan Wakil Rektor Bidang Keuangan, Sarana Prasarana, dan Sumber Daya Manusia, Adang Suherman, menyatakan apa yang sudah disampaikan Ketua Umum IKA UPI dan Ketua DPP Apindo Jawa Barat sudah sangat sesuai dengan arah kebijakan universitas maupun pemerintah. Kolaborasi yang dilakukan antara IKA UPI dengan Apindo Jabar sudah sejalan dengan kebijakan MBKM. 

"Memang itu juga harapan pemerintah dengan MBKM. Ingin lulusan layak dan bermartabat. Agar layak dan bermartabat itu, mahasiswa harus diperkenalkan dengan industri, dunia usaha, dan dunia kerja (Iduka). Itu sudah difasilitasi. Magang dua semester itu salah satu cara agar mahasiswa mengenal dunia luar," katanya.

Selain itu, praktisi berkegiatan di kampus melalui program Praktisi Mengajar tidak kalah pentingnya. Dengan menghadirkan praktisi, mahasiswa bisa mengetahui apa yang terjadi di luar kampus. Secara kelembagaan, UPI sangat menunggu masukan dari luar untuk pengembangan universitas ke depan.

"Selain itu, tidak kalah pentingnya adalah dosen berkegiatan di luar kampus. Sehingga ada sinergi  untuk memperbaiki kurikulum di kita. Ke depannya, kerja sama pembukaan prodi secara bekerja sama. Prodi ini fokus kepada kebutuhan Iduka. Tanpa itu susah. Masa kita akan tetap menjadi menara gading? Hebat akademik, tapi tidak eksis di Iduka. Tentu tidak demikian. Karena itu, ini sudah nyaman, saya sangat senang. Dengan kolaborasi ini, tidak susah lagi mengembangkan lulusan, mengembangkan SDM yang layak dan bermartabat," jelasnya.

Dukungan pun datang dari Wakil Ketua Bidang Diklat, Litbang, Produktivitas, K3 dan Sertifikasi DPP APINDO Jabar, Rosa Haryani Setiawati yang menyatakan kolaborasi ini menjadi solusi dalam mengatasi kesenjangan antara industri dan ketersediaan sumber daya.

"Momentum untuk mencetak sumber daya unggul di era 4.0 melalui penyelenggaraan Kampus Merdeka Merdeka Belajar sangatlah penting. Penyusunan kurikulum yang melibatkan dunia industri dan mitra sangat penting artinya dalam mengatasi kesenjangan kebutuhan antara pasar kerja atau industri dengan ketersediaan sumber daya," ungkapnya.

Dia menilai bahwa Link and match adalah penggalian kompetensi yang dibutuhkan pasar kerja, sesuai perkembangan industri dan usaha. Link and match adalah upaya relevansi antara kompetensi yang wajib dimiliki dengan kebutuhan dunia usaha di R.40, yang dalam orientasinya diwujudkan tidak hanya dalam pemahaman sebuah knowledge namun bagaimana kesiapan mental dalam beradaptasi. bukan hanya hard skill namun soft skill tak kalah penting.

Maka, dibutuhkan sinergis dan kolaborasi antara dunia usaha dengan institusi pendidikan dalam menyiapkan tenaga pengajar dan mahasiswa nya. Praktisi mengajar, dosen magang, dan penyelarasan kurikulum adalah strategi link and match.

Baca Juga: Jabar Kebanjiran Impor Ilegal Baju Bekas, Apindo Jabar Turun Tangan

Dia juga berharap, penyusunan kurikulum baru tersebut tidak tidak hanya berorientasi mencetak lulusan siap kerja dengan hard skill-nya, tapi juga siap berwirausaha atau mampu memasuki dunia usaha melalui penguatan soft skill.

Menurutnya, penting membangun mindset kemandirian mahasiswa atau cuture set kemandirian di lingkungan pendidikan. Sebab, ketika mahasiswa masuk ke dunia kerja ataupun dunia wirausaha, mereka akan dihadapkan pada sejumlah tantangan yang tidak ringan.

"Melalui kurikulum ini kita ingin membangun sikap mental dan karakter mahasiswa/wi melalui pendekatan nilai-nilai spirit, teamwork, disiplin, kerja keras, kreatif, komunikatif, dan bertanggung jawab sebagai bagian dari penguatan soft skill, bekal penting untuk sukses di dunia usaha dan dunia industri," pungkasnya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Ayu Almas

Bagikan Artikel: