Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Anies Baswedan Makin Terpojok, Tak Banyak Parpol Tersisa: Koalisi 'Gemuk' Pemerintahan Cenderung Dukung Ganjar

Anies Baswedan Makin Terpojok, Tak Banyak Parpol Tersisa: Koalisi 'Gemuk' Pemerintahan Cenderung Dukung Ganjar Kredit Foto: Fajar
Warta Ekonomi, Jakarta -

Proporsi politik saat ini dinilai tidak terlalu menguntungkan bagi capres NasDem, Anies Baswedan. Koalisi pemerintahan mengepungnya sehingga Ganjar Pranowo relatif diuntungkan. Secara khusus, Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) memberi sinyal bahwa bukan Anies usungan mereka.

Selain Airlangga Hartarto dengan elektabilitas capres agak di bawah, nyaris tak ada figur yang bisa didorong dari KIB. Artinya, ada peluang KIB bergabung dalam barisan pendukung Ganjar. Opsi lainnya, mendukung Prabowo Subianto. Atau bahkan bisa saja mendukung keduanya jika skema paket Prabowo-Ganjar terbentuk.

Baca Juga: Orang 'Pintar Ngomong' yang Disinggung Ahok Kuat Tertuju Pada Anies Baswedan, Refly Harun: Memangnya Kenapa Kalau Pintar Ngomong?

Airlangga Hartarto, Ketua Umum Golkar, bahkan secara tegas mengungkapkan tidak akan mengusung figur yang membawa politik identitas. Selama ini, hanya Anies yang selalu dikaitkan dengan terminologi itu, bermula dari Pilgub DKI. Meski sebetulnya, semua kubu memiliki politik identitas.

Di sela-sela Silaturahmi Nasional (Silatnas) KIB di Dalton Hotel, Makassar, Minggu, 6 November, Airlangga Hartarto menyampaikan sikap politiknya itu.

"Kita menyepakati bahwa politik menuju politik 2024 itu harus dipenuhi dengan gagasan dan pemikiran untuk kemajuan bangsa. Bukan politik identitas yang dapat memecah belah bangsa kita. Kita ingin politik yang inklusif menyatukan gagasan dan pemikiran untuk membuat Indonesia lebih baik sebagai partai politik yang berpengalaman," kata Airlangga.

Hanya, pernyataan Ailangga itu dinilai sebagai bentuk propaganda belaka. Sekaligus sinyal bahwa KIB tidak akan mengusung Anies Baswedan sebagai capres. "Jadi pernyataan ini punya dua sisi," ujar analis politik Universitas Hasanuddin (Unhas) Andi Ali Armunanto, Senin, 7 November.

Pernyataan itu dianggap sebagai propaganda untuk mendiskreditkan Anies dengan mengasosiasikannya sebagai figur politik identitas. Atau perilaku yang berkaitan dengan politik identitas karena memang pendukung Anies adalah komunitas muslim garis keras.

"Jadi itulah yang coba ditonjolkan sebagai bentuk propaganda untuk menciptakan ketakutan di masyarakat untuk memilih Anies," urai Ali.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: