Anies Baswedan Makin Terpojok, Tak Banyak Parpol Tersisa: Koalisi 'Gemuk' Pemerintahan Cenderung Dukung Ganjar
Akan tetapi, hal yang seperti ini hanya akan berefek pada pemilih baru yang mendapat informasi kurang bagus, atau kemampuan menyaring informasi yang kurang akan memengaruhi opininya. "Tapi orang yang sudah mampu menyaring informasi, akses informasi berimbang, maka tidak akan terpengaruh," tegasnya.
Pertajam Pembelahan
Di lain pihak, pernyataan Airlangga itu justru dianggap bentuk pembelahan sosial. Sebagai partai politik yang berpengalaman, sebaiknya Golkar tampil dengan gagasan yang inklusif dan menyatukan.
"Bukan mereproduksi gagasan yang telah terbukti menghadirkan pembelahan sosial, yang berkepanjangan," ujar analis politik Unismuh Makassar A Luhur Prianto.
Secara ideal, politik identitas memang tidak boleh menjadi basis memobilisasi dukungan politik dalam demokrasi yang rasional. Akan tetapi, sekarang ini makna politik identitas telah direbut dan ditafsir secara tunggal oleh kelompok politik tertentu.
Dalam perspektif pilihan rasional, stereotyping dan framing politik identitas pada satu golongan atau kelompok perlu terus dipelihara untuk merebut dan mempertahankan dukungan. Politik identitas telah menjadi identitas politik baru, yang digunakan melawan kekuatan politik yang berbeda.
"Jadi saya kira politik Pilpres 2024 harus melepaskan diri dari gagasan yang menimbulkan pembelahan sosial," pungkas dosen FISIP Unismuh Makassar itu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum