Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Anies Baswedan Makin Terpojok, Tak Banyak Parpol Tersisa: Koalisi 'Gemuk' Pemerintahan Cenderung Dukung Ganjar

Anies Baswedan Makin Terpojok, Tak Banyak Parpol Tersisa: Koalisi 'Gemuk' Pemerintahan Cenderung Dukung Ganjar Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo. | Kredit Foto: Fajar

Pernyataan itu juga menjadi sinyal bagi kelompok koalisi NasDem bahwa KIB tidak akan mengusung figur yang sama. Mereka juga menjadikan momen untuk menciptakan polarisasi politik bahwa mereka tidak suka dengan yang terjadi pada 2019.

Juga sekaligus kode bahwa KIB akan memilih kandidat yang tidak punya sejarah identitas politik. Siapa itu? Yang tersedia sekarang hanya tiga figur capes: Anies, Prabowo, dan Ganjar. Sementara, Anies dan Prabowo sama-sama punya riwayat identitas. "Jadi kalau kita lihat, kalau bukan dua ini, siapa lagi? Pasti Ganjar," jelas Ali.

Baca Juga: Presiden Jokowi Sebut Prabowo Subianto Presiden Selanjutnya, Nasdem: Kami Bukan Partai Baperan!

Hal ini juga menjadi bargaining untuk dua partai lain yang disebut segera bergabung ke KIB. Jika itu terjadi, kemungkinan hanya dua atau tiga paket saja yang bertarung di Pilpres 2024. Sekarang yang belum jelas arahnya tersisa PDIP sehingga bisa saja yang dimaksud partai yang akan bergabung itu adalah PDIP.

"Tapi, kita juga belum tahu apakah KIB yang bergabung ke PDIP atau sebaliknya. Karena Mega (Megawati Sukarnoputri) masih mempertahankan gengsinya. Selama ini, ia yang selalu menjadi inisiator dalam proses-proses seperti itu," katanya.

"Nah sekarang kalau mereka (PDIP) bergabung ke KIB, memang agar tidak malu, ya, harus bergabung dulu baru diumumkan capresnya. Kalau diumumkan baru gabung, itu aib bagi Mega," pungkas Ali.

Bagaimana dengan Anies yang terus diserang? Menurut Ali pola kampanye saat ini ada dua, yaitu positif dan negatif. "Dan itu tidak terjadi di Anies saja," jelasnya.

Di sejumlah media online, misalnya, ada yang kelihatan sekali keberpihakan kepada Anies dengan berusaha membongkar aib Ganjar dengan memuji Anies. Kemudian beberapa jaringan surat kabar yang berafiliasi ke Anies, memberitakan positif buat Anies dan negatif bagi Ganjar.

Sebaliknya koran berafiliasi ke Ganjar juga demikian. Lalu kemudian banyak mempromosikan Ganjar dan seterusnya yang bahkan universitas di Pulau Jawa ikut juga seperti itu dengan membawa nama alumni. Itulah yang menciptakan pola-pola kampanye.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: