Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bos Indofood Bicarakan Perubahan Iklim Hingga Ketegangan Geopolitik di B20

Bos Indofood Bicarakan Perubahan Iklim Hingga Ketegangan Geopolitik di B20 Kredit Foto: Ist
Warta Ekonomi, Jakarta -

Covid-19, perubahan iklim dan ketegangan geopolitik menjadi bagian dari  tantangan saat ini yang telah menciptakan gangguan yang juga telah menyoroti kerentanan rantai nilai global atau global value chains (GVC) dan kebutuhan untuk mendiversifikasi pilihan rantai pasokan untuk memasukkan model yang lebih bersifat regional yang lebih dekat dengan pasar akhir untuk sumber-sumber daya penting.

Hampir tidak ada negara yang kebal dari tantangan ini, termasuk Indonesia. Dengan populasi lebih dari 270 juta orang, Indonesia dapat berperan lebih banyak dalam rantai pasok global baik sebagai eksportir maupun importir. Indonesia adalah salah satu negara terbesar produsen minyak nabati, dimana secara global memproduksi sebanyak 20% serta menyumbang terhadap lebih dari 30% ekspor global. Indonesia tidak memproduksi gandum, tetapi saat ini menjadi importir gandum terbesar no 11 di dunia.

Pemerintah berupaya meningkatkan ketahanan pangan namun masih mengandalkan rantai pasok global, karena mungkin tidak memiliki kondisi iklim yang cocok untuk dapat menanam bahan pangan pokok. Komunikasi yang baik dengan pemerintah terutama untuk tujuan bersama serta public private partnership, sangat penting dalam membangun ketahanan rantai pasokan tersebut.

Baca Juga: Kini Berada di Tangan Salim Group, Keuntungan Bumi Resources Langsung Meroket Ratusan Persen

Direktur Indofood, Axton Salim, mengungkapkan bila guna menghadapi tantangan tersebut, Indofood terus memperkuat kemitraannya dengan UMKM lokal untuk mengurangi dampak gangguan GVC serta menciptakan ekonomi yang lebih tangguh. Diversifikasi sumber serta peningkatan kapasitas dan ketahanan para petani lokal, sangatlah penting guna menyeimbangkan antara pasokan impor dan lokal. 

Salah satu contoh public private partnership yang baik merupakan kemitraan sistem closed-loop. Model kerjasama ini mencakup dukungan Praktik Pertanian yang Baik (Good Agricultural Practices atau “GAP”), pemetaan risiko perubahan iklim dan mitigasi melalui public private partnership antara pemerintah, petani dan pemangku kepentingan yang terkait. Hal ini membantu diversifikasi pilihan rantai pasokan dan membantu mengurangi gangguan GVCs serta menciptakan ekonomi yang lebih tangguh.

“Melalui model bisnis inklusif, Indofood telah memberdayakan ribuan petani, UMKM, dan keluarganya. Kolaborasi ini tidak hanya menghasilkan pertumbuhan yang berkelanjutan bagi Indofood sebagai sebuah perusahaan, tetapi juga memperkuat ekonomi masyarakat yang ada dalam rantai nilai kami,” kata Axton Salim, dalam acara B20 Summit Indonesia 2022, dengan tema “Mendorong Pertumbuhan Inovatif, Inklusif dan Kolaboratif”, di Bali, Selasa (15/11/2022).

Baca Juga: B20 Task Force: UMKM Jadi Kunci Pemulihan Ekonomi Global!

Dalam rangka memperkuat pasokan bahan baku untuk proses produksi, kami bekerja sama dengan lebih dari 20.000 petani kentang, cabai, singkong, gula kelapa dan peternak sapi, serta dengan 48.000 petani plasma kelapa sawit. Kami juga mengembangkan sendiri program produksi bibit kentang industri untuk mengurangi impor komoditas kentang.

“Ini adalah contoh bagaimana kami memanfaatkan sumber-sumber lokal, seperti lahan dan tenaga kerja untuk dapat meningkatkan produksi lokal. Besar harapan kami, hal ini dapat direplikasikan pada pertanian, peternakan dan daerah lainnya sehinga bisa meningkatkan ketahanan pangan lokal dan menghasilkan peluang ekonomi untuk masyarakat setempat,” tambah Axton Salim.

Acara B20 dapat menjadi sarana yang diperlukan bagi berbagai negara yang sedang menghadapi tantangan global yang sama. Para anggota dan kalangan bisnis dapat berkerja sama serta berbagi praktik terbaik tentang berbagai aspek kunci dalam ketangguhan rantai pasokan seperti kemitraan, kebijakan dan teknologi. Mereka juga dapat bekerja sama untuk mengurangi hambatan perdagangan atau larangan impor dan memungkinkan lebih banyak kesepakatan perdagangan bebas untuk memperlancar arus barang.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: