Upaya pemerintah ataupun perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam mencapai bauran transisi energi hijau untuk mencapai Net zero emission (NZE) dirasa tidak akan mudah untuk dilaksanakan.
Adapun untuk mencapai cita-cita tersebut membutuhkan berbagai macam teknologi, biaya, serta sumber daya manusia yang mampu memenuhi standar pemenuhan kebutuhan energi terbarukan.
Sementara, ketika proses transisi terjadi permintaan akan kebutuhan energi turut meningkat, sehingga ketahanan energi skala besar tetap harus dijaga.
Baca Juga: Perluas Pasar, PGN Gandeng Perusahaan Energi Turkiye
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan berbagai strategi yang disiapkan oleh perusahaan untuk menghadapi tantangan keselarasan antara transisi dan kebutuhan energi.
"Untuk mencapai aspirasi Net Zero Emission (NZE) sekaligus menjaga ketahanan energi di Indonesia, Pertamina telah menyusun strategi komprehensif yang disampaikan melalui dua pilar utama dan 3 implementasi menengah," ujar Nicke dalam keterangan tertulis yang diterima, Rabu (16/11/2022).
Nicke mengatakan, dari dua pilar utama tersebut bergerak fokus mengenai dekarbonisasi kegiatan bisnis, dan pengembangan bisnis hijau energi terbaurkan.
Kemudian, tiga strategi jangka menengah yang mendukung rencana menggerakkan Net Zero Emission, salah satunya dengan mengembangkan standar penghitungan karbon yang telah memenuhi standar nasional dan internasional.
Kemudian dengan adanya pelibatan pemangku kepentingan untuk mendukung penuh target dan komitmen NZE nasional.
"Tujuan ini didukung oleh strategi investasi jangka panjang dari Pertamina. Ketiga adalah inisiatif bisnis keberlanjutan ramah lingkungan Pertamina akan difokuskan pada Biofuels, sumber energi terbarukan, Sistem Penangkapan Karbon (CCS/CCUS), baterai serta mobil listrik, hidrogen, dan bisnis karbon sendiri," ujarnya.
Nicke menyebut bahwa Pertamina juga telah mengembangkan strategi untuk mendukung transisi energi dengan mengalokasikan biaya modal (capex) untuk energi rendah emisi dan pengembangan EBT.
“Kami telah menetapkan tujuan untuk meningkatkan porsi Bisnis Hijau dalam bauran pendapatan Pertamina dari 5 persen pada tahun 2022 menjadi 13 persen pada tahun 2030,” ungkapnya.
Lanjutnya, diprediksi pendapatan dari bahan bakar fosil diperkirakan akan menurun secara signifikan dari 86 persen pada tahun 2022 menjadi 66 persen pada tahun 2040. Tujuan dari optimisme alokasi modal tersebut telah dikoordinasikan dengan pemerintah Indonesia, dan memastikan bahwa hal tersebut telah selaras dengan target bauran energi Indonesia untuk energi baru terbarukan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: