Situasi Perpolitikan Malaysia Bergantung pada Raja Sultan Abdullah: Biarkan Saya Membuat Keputusan
Raja Malaysia pada Selasa (22/11/2022) mengatakan bahwa dia akan memilih perdana menteri berikutnya. Hal ini dilakukan setelah dua kandidat utama gagal memenangkan suara mayoritas dalam pemilihan umum pekan lalu.
Pasalnya, Raja Al-Sultan Abdullah telah memberikan partai politik sampai jam dua siang waktu setempat pada Selasa (22/11/2022) untuk mengumpulkan aliansi yang dibutuhkan untuk mayoritas.
Baca Juga: Posisi Perdana Menteri Malaysia Masih Kosong, Padahal 30 Ahli Sudah Diminta Menghadap Raja
Tetapi para kandidat gagal melakukannya setelah koalisi Barisan Nasional yang sedang menjabat menolak untuk bergabung dengan keduanya.
Sekarang tergantung pada raja konstitusional, yang memainkan peran seremonial tetapi dapat menunjuk siapa pun yang dia yakini akan memimpin mayoritas.
"Biarkan saya membuat keputusan segera," kata raja kepada wartawan di luar istana nasional, seperti dilansir Reuters.
Dia juga meminta warga Malaysia untuk menerima setiap keputusan tentang pembentukan pemerintahan.
Raja kemudian bertemu dengan Anwar Ibrahim dan Muhyiddin Yassin, dan memanggil anggota parlemen dari koalisi Barisan Nasional untuk bertemu pada Rabu (23/11/2022).
Seperti diketahui, pemungutan suara menghasilkan parlemen gantung yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan baik pemimpin oposisi Anwar maupun mantan perdana menteri Muhyiddin memenangkan mayoritas sederhana yang diperlukan untuk membentuk pemerintahan.
"Untuk memecahkan kebuntuan, menyarankan kedua saingan itu bekerja sama untuk membentuk 'pemerintahan persatuan'," kata Muhyiddin, tetapi menambahkan bahwa dia tidak akan bekerja sama dengan Anwar.
Muhyiddin menjalankan aliansi konservasi Muslim Melayu, sedangkan Anwar menjalankan koalisi multietnis.
Anwar mengatakan kepada wartawan bahwa raja, dalam pertemuan mereka, menyatakan keinginannya untuk membentuk pemerintahan yang kuat "yang lebih inklusif dalam hal ras, agama, atau wilayah" dan yang dapat berfokus pada ekonomi.
Koalisi progresif Anwar memenangkan jumlah kursi terbanyak, tetapi sebuah partai Islam --yang merupakan bagian dari blok Muhyiddin dan menggembar-gemborkan hukum syariah-- memperoleh keuntungan besar, menimbulkan ketakutan di Malaysia --yang memiliki minoritas etnis China dan etnis India yang signifikan mengikuti agama lain.
Pemilihan pada Sabtu (19/11/2022) dan gejolak berikutnya memperpanjang ketidakstabilan politik di negara Asia Tenggara, yang telah memiliki tiga perdana menteri selama bertahun-tahun, dan berisiko menunda keputusan kebijakan yang diperlukan untuk menggembleng pemulihan ekonomi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: