Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Berkat Pelatihan Prakerja, Jeklin Berkembang Sebagai Freelancer

Berkat Pelatihan Prakerja, Jeklin Berkembang Sebagai Freelancer Kredit Foto: Antara/Asep Fathulrahman
Warta Ekonomi, Jakarta -

Peribahasa "Esa hilang, dua terbilang" menggambarkan dengan baik apa yang kini tengah dilakukan oleh Jeklin Marvi Pongotak, berusaha terus dengan keras hati hingga maksud tercapai.

Jeklin adalah seorang mahasiswi di Fakultas Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Tanjungpura, Pontianak di Kalimantan Barat yang juga bekerja sebagai freelancer atau pekerja lepas. 

Menjadi freelancer, bukan hanya satu bidang yang ditekuni perempuan berusia 21 tahun itu. Selain sebagai penerjemah lepas dia juga menerima pesanan desain grafis untuk berbagai tujuan dan di saat bersamaan juga menjadi pengajar untuk les privat. 

Cerita Jeklin dimulai dari kelulusan SMA pada 2019. Memutuskan untuk tidak langsung melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan, dia mendengar soal rencana peluncuran Program Kartu Prakerja yang akan memberikan pelatihan untuk para pencari kerja.

Baca Juga: Moeldoko Optimistis Alumni Penerima Kartu Prakerja Bisa Ciptakan Lapangan Pekerjaan

Meski saat itu sudah memulai usaha kecil-kecilan menjadi penerjemah bahasa, ia tertarik mengikuti pelatihan Kartu Prakerja untuk mendapatkan sertifikat yang bisa mendukung kepercayaan klien akan kredibilitasnya. 

Perempuan yang berasal dari Kabupaten Melawi di Kalbar itu kemudian langsung mencoba mendaftar ketika Kartu Prakerja resmi diluncurkan oleh Presiden Joko Widodo pada April 2020. Tidak diterima di Gelombang 1, dia terus mencoba hingga akhirnya resmi menjadi penerima manfaat Kartu Prakerja ketika Gelombang 11 dibuka pada November 2020.

Setelah resmi menjadi penerima manfaat Kartu Prakerja, dia langsung mengambil dua jenis pelatihan yaitu desain grafis dan pelatihan untuk mendapatkan nilai TOEFL yang memuaskan.

Alasan dia memilih untuk menjalani pelatihan TOEFL adalah karena dalam pekerjaannya sebagai penerjemah lepas dan guru les terkadang ada pihak yang meminta sertifikat sebagai bukti dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan  pekerjaan. 

"Tidak bisa disangkal orang juga menginginkan bukti bahwa benar tidak tuh kemampuannya. Jadi ketika saya sudah punya sertifikat ini agak mudah menunjukkan saya sudah menjalani pelatihan dan akhirnya jadi mudah mudah diterima," ujar Jeklin ketika ditemui ANTARA di acara Kartu Prakerja di Bali, Selasa (15/11).

Baca Juga: Perkuat Pendidikan Vokasi, BPSDMI Kemenperin Gandeng KADIN

Sertifikat tersebut juga membantu ketika dia mendapatkan pekerjaan untuk menjadi penerjemah lepas, karena klien lebih menaruh percaya kepadanya ketika menyertakan sertifikat hasil pelatihan dalam CV resume miliknya. 

Kepercayaan itu penting mengingat dia banyak mengerjakan penerjemahan dokumen resmi dan membantu penulisan abstrak untuk mahasiswa.

Dia juga tidak menyia-nyiakan pelatihan desain grafis yang sudah  diambilnya. Pesanan desain untuk spanduk dan poster terus diambil Jeklin.

Bahkan beberapa pekerjaan datang dari beberapa kantor dinas di kampung halamannya di Melawi, meski kini dia berdomisili di Pontianak.

Budaya "hustler" atau bekerja dengan giat juga terus diterapkan oleh Jeklin. Tidak hanya menjadi seorang penerjemah, ia juga memberikan les mulai dari rentang murid sekolah dasar sampai dengan orang dewasa yang ingin memperlancar berbicara Bahasa Inggris. 

Untuk proyek penerjemahan, dia memberikan harga tergantung pada jumlah kata dengan penerjemahan dua halaman dokumen biasa menghasilkan sekitar Rp300.000 dan untuk les dia mematok Rp50.000 per jam. Sementara untuk desain grafis dia bisa mendapatkan Rp450.000 dalam sekali pesanan. 

Kebanyakan kliennya datang berkat rekomendasi dari mulut ke mulut oleh teman-temannya dan melalui media sosial.

Begitu banyak yang dia lakukan, Jeklin harus pintar membagi waktu antara tugas kuliah, menjadi penerjemah dan desainer grafis serta memberikan les privat secara daring.

Terkadang, ketika memiliki banyak tugas kuliah, dalam sehari dia dapat tidur hanya dua jam demi menuntaskan semua pekerjaannya. Karena dalam sebulan dia bisa mendapatkan beberapa proyek yang bisa saling berdekatan batas waktu penyelesaiannya. 

Ambisi Jeklin tidak selesai hanya dengan meraup pundi sebagai pekerja lepas. 

Masih banyak mimpi yang ingin dia capai mulai dari rencana meraih gelar magister baik dengan beasiswa atau upaya sendiri. Dari sana, dia memproyeksikan diri untuk dapat menjadi dosen di Kalimantan Barat. 

Jika rencana itu tidak dapat berjalan, ia ingin menggunakan kemampuannya dalam bahasa untuk menjadi pemandu wisata yang membantu wisatawan menemukan keindahan kampung halamannya.

Yang pasti, ia ingin terus mandiri dengan memanfaatkan kemampuan yang sudah didapatnya. Pengembangan kompetensi juga akan berusaha terus dilakukannya, seperti yang telah ia lakukan lewat Kartu Prakerja.

Perubahan pasar kerja

Jeklin menjadi pekerja lepas merupakan salah satu contoh masuknya pasar tenaga kerja ke era gig economy, yakni maraknya peluang kesempatan kerja jangka pendek yang sesuai dengan minat dan kreativitas. 

Tidak hanya itu, peluang kesempatan kerja itu juga dapat berkembang menjadi profesi. 

Tren itu menyediakan peluang karir untuk dapat bekerja secara independen, dari mana saja serta tidak terikat dalam waktu lama. 

Menanggapi tren tersebut, Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Denni Puspa Purbasari menyoroti dibutuhkan motivasi dan disiplin diri yang tangguh.

"Salah satu skill penting yang dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan adalah bagaimana kita bisa mendisiplinkan diri," kata Denny dalam kuliah umum di Aceh pada Kamis lalu (24/11).

Baca Juga: Program Kartu Prakerja Berdayakan Perempuan Mandiri dan Berdikari

Dalam pasar kerja yang dinamis juga akan muncul kompetensi pekerja yang sesuai dengan kebutuhan dari industri, dengan Kartu Prakerja hadir untuk menjembatani keduanya. 

Kartu Prakerja sendiri sampai dengan akhir 2022 telah diterima 16,45 juta orang di 514 kabupaten/kota yang tersebar di seluruh Indonesia. 

Lewat Kartu Prakerja yang menyediakan 1.224 program pelatihan vokasi itu diharapkan dapat membantu menjawab tantangan tren pasar kerja dan mendorong para pekerja di Indonesia menghadapi berbagai perubahan yang ada dengan kompetensi mumpuni.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: