Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Negara Kecil Anggota NATO Desak Ukraina untuk Serang Rusia: Tidak Perlu Takut

Negara Kecil Anggota NATO Desak Ukraina untuk Serang Rusia: Tidak Perlu Takut Kredit Foto: Reuters/Ints Kalnins
Warta Ekonomi, Bucharest -

Menteri Luar Negeri Latvia Edgars Rinkevics mendesak NATO untuk "mengizinkan" Ukraina menggunakan persenjataan yang dipasok Barat untuk menyerang jauh ke dalam wilayah Rusia.

Diplomat top membuat pernyataan dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg di sela-sela pertemuan menteri luar negeri NATO di Bucharest pada Selasa (29/11/2022).

Baca Juga: Anggota NATO Banjiri Ukraina dengan Tank Macan Tutul Era Uni Soviet

Secara khusus, persenjataan harus digunakan untuk menyerang situs yang digunakan oleh Moskow untuk melakukan serangan rudal terhadap infrastruktur kritis Ukraina, saran Rinkevics.

"Kita harus mengizinkan Ukraina menggunakan senjata untuk menargetkan situs rudal atau lapangan udara dari tempat operasi itu diluncurkan," katanya.

Sementara Moskow telah berulang kali memperingatkan Barat agar tidak "memompa" Ukraina dengan berbagai macam persenjataan, menunjukkan perilaku seperti itu pada akhirnya dapat mengakibatkan konflik langsung antara aliansi NATO pimpinan AS dan Rusia, Rinkevics menepis kekhawatiran tersebut. Blok tersebut "seharusnya tidak takut" dengan eskalasi, katanya.

Latvia, bersama dengan negara-negara Baltik lainnya, telah menjadi salah satu pendukung Kiev yang paling vokal dalam konflik yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina.

Pejabat tinggi negara itu telah berulang kali melakukan tur ke Kiev untuk menunjukkan dukungan mereka, dengan kunjungan terakhir datang pada akhir pekan ketika Rinkevics, bersama rekan-rekannya dari Lituania, Estonia, Finlandia, Swedia, Norwegia, dan Islandia bertemu dengan Presiden Ukraina Vladimir Zelensky.

Dalam beberapa minggu terakhir, Rusia telah berulang kali meluncurkan rudal jelajah besar-besaran dan salvo drone bunuh diri terhadap jaringan listrik dan instalasi militer Ukraina. Serangan itu terjadi setelah ledakan yang merusak Jembatan Kerch yang menghubungkan daratan Rusia ke Semenanjung Krimea.

Kesalahan atas insiden tersebut telah ditempatkan secara langsung oleh Moskow pada Ukraina dan pendukung asingnya, yaitu Inggris, dan digambarkan sebagai "serangan teror". Kiev dan London, bagaimanapun, masing-masing membantah keterlibatan mereka.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: