Rishi Sunak Harus Hadapi Situasi Warga Inggris yang Santap Makanan Hewan
Beberapa orang terpaksa mengkonsumsi makanan hewan peliharaan saat harga kebutuhan hidup melonjak di Inggris.
Demikian diungkap Direktur Proyek Makanan Komunitas di Trowbridge, wilayah timur Cardiff, Wales, Mark Seed. Trowbridge terletak di wilayah yang disebut Seed sebagai “busur kemiskinan” dari timur ke barat kota.
Baca Juga: Urusan 'Rumah Tangga' Taiwan Sasaran Empuk Asing, China Tuduh Inggris Ambil Kesempatan
Seed mengatakan, banyak orang di kota Cardiff harus berjuang untuk bisa makan dan tetap hangat selama musim dingin ini karena inflasi.
“Saya masih takjub karena orang-orang sampai mengkonsumsi makanan untuk hewan peliharaan,” ujarnya, dilansir BBC.
“Ada orang-orang yang mencoba memanaskan makanan mereka di atas radiator atau dengan lilin. Ini kisah nyata yang mengejutkan. Cardiff adalah kota yang sedang berkembang, namun masih punya kantong-kantong kemiskinan yang tidak bisa diterima,” imbuh Seed.
Dia juga mengatakan, banyak orang tidak mendapatkan cukup penghasilan untuk membeli kebutuhan pokok.
“(Banyak warga) mengatakan kepada kami mereka bekerja di setiap jam yang mereka bisa,” kata Seed lagi.
The Pantry, bank makanan yang dijalankan Seed, menawarkan makanan berkualitas baik dengan harga sangat murah kepada lebih dari 160 orang. Organisasi Pantry menyediakan keranjang makanan pokok bagi sekitar 30 keluarga seminggu dengan harga sekitar 6 dolar AS (kurang dari Rp 100.000).
Salah satunya adalah Elizabeth Williams (54), yang mengatakan, proyek itu sangat membantu dan menyatukan banyak orang. Namun, ia mengakui bahwa keadaan masih sulit.
“Biasanya, saya berusaha tidak mengeluarkan uang untuk memperbaiki situasi di rumah saya,” katanya. Ia dan pasangannya tidak bekerja, sementara putra mereka, yang tinggal serumah, bekerja sampai larut malam.
“Bahkan dengan anak saya bekerja dan berkontribusi, ini masih sulit. Karena dia juga perlu hidup dan punya kebutuhan. Ia memiliki beberapa masalah kesehatan dan sedang menunggu operasi,” curhatnya.
Kemiskinan tidak selalu tampak. Ketika itu terjadi jauh lebih rumit untuk memeranginya, para ahli memperingatkan.
Selama puluhan tahun, Wales Barat dan Dales menerima dana tambahan dari Uni Eropa (UE) karena mereka termasuk di antara wilayah termiskin di Eropa. Tetapi Cardiff tidak termasuk penerima dana tersebut, karena menurut standar hidup rata-rata, wilayah ini tidak tergolong wilayah miskin.
Victoria Winckler, Direktur Wales The Bevan Foundation, memperingatkan akan bahaya menstereotipe suatu wilayah atau kota besar sebagai tempat yang melarat atau makmur.
“Stereotipe-nya Cardiff adalah tempat yang makmur. Sementara daerah Valleys miskin dan data-data menunjukkan bahwa ini tidak benar sama sekali,” katanya.
“Ada daerah di Cardiff yang makmur ya. Namun, sebetulnya masih ada wilayah yang warganya hidup kekurangan di ibu kota Wales itu,” imbuhnya.
Testimoni serupa juga disuarakan banyak warga lain yang tinggal di berbagai daerah di Inggris. Jutaan orang di Inggris saat ini harus memilih antara membeli makanan atau membayar tagihan listrik dan pemanas mereka.
Hampir sepertiga dari orang tua tunggal terpaksa melewatkan satu kali makan dalam sehari demi memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup yang lain. Demikian hasil penyelidikan LSM Which? di rumah tangga yang paling terpukul krisis inflasi di negara tersebut.
Menurut lembaga itu, 3 dari 10 rumah tangga orang tua tunggal yang diwawancarai mengatakan, mereka mengurangi makan akibat kenaikan harga makanan. Secara total, situasi yang sama terjadi pada 14 persen rumah tangga yang berpartisipasi dalam penelitian ini.
“Penelitian kami menemukan bahwa keluarga di seluruh Inggris mengalami kesulitan karena meningkatnya biaya hidup, dengan rumah tangga orang tua tunggal menjadi yang paling terdampak oleh krisis,” kata Direktur Kebijakan dan Aktivisme Which?, Roco Concha.
“Karena harga kebutuhan pokok terus naik, sangat penting bagi setiap orang untuk mendapat akses ke makanan yang sehat dan harganya terjangkau bagi mereka dan keluarga,” kata Concha.
Data resmi terbaru menunjukkan, inflasi makanan Inggris mencapai 16,4 persen pada Oktober, level tertinggi sejak 1977. Hal ini terutama disebabkan lonjakan tajam harga bahan-bahan makanan pokok seperti susu, mentega, keju, pasta, dan telur.
Seorang perempuan berusia 40-an berkata kepada peneliti, ada minggu-minggu dia mengurangi makan supaya dapat memberi anak-anaknya makanan, pakaian dan membayar listrik.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: