Pertamina dinilai menjadi garda terdepan upaya dekarbonisasi. Hal itu dibuktikan dari berbagai peran aktif BUMN tersebut dalam mitigasi karbon, guna mencapai target nol emisi pada 2060. Demikian disampaikan Koordinator Indonesia Energy Watch (IEW), M Adnan Rarasina di Jakarta hari ini.
“Pertamina menunjukkan komitmen luar biasa. Mereka berperan sangat aktif dalam upaya mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada 2060. Tidak berlebihan dikatakan, bahwa saat ini Pertamina menjadi garda terdepan dekarbonisasi,” kata Adnan.
Adnan menambahkan, Pertamina membuktikan keseriusan upaya dekarbonisasi melalui berbagai langkah strategis. Termasuk melalui percepatan transisi energi, keterlibatan dalam pengembangan kawasan industri hijau, dan juga partisipasi aktif dalam Business 20 (B20), yang merupakan bagian dari G20 di Bali beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Kejar Target Dekarbonisasi, BUMN Andalkan Tiga Jurus Ini
“Pertamina sangat komit dengan Peta Jalan (Road Map) NZE yang telah diluncurkan. Semua itu bukti mereka sebagai garda terdepan. Bahkan, di tingkat global pun, keseriusan Pertamina juga diakui, dengan meraih peringkat kedua ESG untuk kategori industri minyak dan gas. Semua itu kan fakta,” lanjutnya.
Adnan melanjutkan, komitmen Pertamina juga ditunjukkan dengan memberikan perhatian penuh pada pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) melalui transformasi ekonomi hijau. Salah satu dukungan penuh akselerasi transisi energi tersebut, ditunjukkan melalui partisipasi aktif dalam Business 20 (B20) yang merupakan bagian dari G20 di Bali beberapa waktu lalu.
Pengembangan kawasan industri hijau, juga menjadi salah satu contoh peran serta Pertamina dalam dekarbonisasi. Misalnya, ketika BUMN itu berperan dalam pengembangan green industry cluster di Jababeka. Peran serta Pertamina dalam kawasan tersebut, antara lain, melalui pemasangan panel untuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap.
Baca Juga: Menkeu: Transisi Menuju Ekonomi Rendah Karbon dan Dekarbonisasi Hadirkan Peluang Sekaligus Tantangan
Pengembangan kawasan industri hijau sendiri, menurut Adnan, memang sangat penting. Untuk Jababeka misalnya, di dalamnya terdapat lebih dari 2.000 perusahaan dari 30 negara. Selain Pertamina, beberapa perusahaan yang berkolaborasi menciptakan klaster net zero pertama di Asia Tenggara tersebut, antara lain Hitachi, Unilever, dan L'Oreal.
“Salah satu penyumbang karbon terbesar saat ini memang kalangan industri. Untuk itu, upaya Pertamina dalam mengembangkan kawasan industri hijau, diharapkan kan berpengaruh cukup nyata terhadap dekarbonisasi. Terpenting, upaya tersebut tidak berhenti sampai di sana, namun harus berkelanjutan,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: