Tak hanya dalam hal penggambaran karakter, keseluruhan visualisasi Amartya juga dikembangkan berdasarkan budaya Indonesia, seperti pendhapa Jawa untuk latar belakangnya.
Penggunaan citra Thangka (lukisan di atas kain melambangkan sosok suci atau mandala) dan pengalaman Toni berkreasi dalam kebudayaan Asia Tenggara juga menjadi salah satu hal yang membantu proses penciptaannya.
Diluncurkan ke dalam pasar NFT pertengahan bulan ini, informasi terbaru dan perkembangan Amartya NFT dapat diikuti melalui situs amartya.io dan akun Twitter @AmartyaNFT, yang mudah diakses para penikmat seni digital, kolektor NFT, serta masyarakat umum.
Antonio Wisesa, atau biasa dipanggil Toni, adalah seorang ilustrator yang berfokus pada pembuatan ilustrasi untuk buku anak-anak.
Beberapa karyanya yang terkenal seperti 70+ Motivational Stories for Children, Sutasoma, dan Legacy of Love. Ia juga pernah melakukan publikasi karya secara independen berjudul Project Mutja.
Sementara pencapaian Toni sebagai seniman, di antaranya adalah termasuk dalam IBBY Honor List 2019 untuk Sutasoma, serta pernah berpartisipasi pada ajang Biennale of Illustration Bratislava Workshop 2019 dan Frankfurt Book Fair 2019.
Artist dalam proyek Amartya NFT ini sering kali memasukkan elemen Indonesia ke dalam karya-karyanya. Cenderung memiliki unsur “horor” dengan sentuhan khas seniman Indonesia, karya-karya Toni disertai tekstur dan unsur gerakan yang mengandung banyak folosofi tersembunyi.
Dengan kombinasi komposisi kompleks dan penggunaan ruang negatif, ia menciptakan karya seni yang penuh detail juga referensi di setiap sudut. Dalam proses kreatifnya, Toni berusaha mempertahankan konsep dan tema yang sejak awal ia usung.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: