Komitmen Lakukan Hilirisasi, Erick Thohir Dukung Sikap Tegas Presiden Terhadap Uni Eropa
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan globalisasi menentukan peluang sekaligus tantangan bagi Indonesia.
Ia mencontohkan desakan negara-negara maju yang meminta Indonesia bersedia mengirimkan sumber daya alam (SDA).
Presiden Joko Widodo (Jokowi), ucap Erick, dengan tegas menolak tunduk pada tekanan tersebut dan tetap pada pendirian tidak memperbolehkan ekspor nikel ke luar negeri. Pemerintah, lanjut Erick, membuka diri jika negara lain bermitra dengan mendirikan pabrik untuk mengolah nikel di Indonesia.
"Dalam pidato pembukaan KTT Peringatan 45 Tahun ASEAN-Uni Eropa di Belgia, Bapak Presiden mengirimkan pesan begitu kuat bahwa membangun kemitraan harus berlandaskan pada kesetaraan dan tidak boleh ada yang namanya pemaksaan," ujar Erick dalam keterangannya, Sabtu (17/12).
Menurut Erick, kekayaan SDA sudah terlalu lama hanya menjadi sumber bagi pertumbuhan ekonomi dan pembukaan lapangan kerja negara lain akibat kebijakan pengiriman bahan mentah.
Kini, Erick sampaikan, pemerintah serius melakukan hilirisasi dan industrialisasi agar SDA dapat memberikan nilai tambah dan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi dan pembukaan lapangan kerja bangsa sendiri.
Pria kelahiran Jakarta tersebut menyampaikan proses hilirisasi terbukti mampu meningkatkan value nikel dari 1 miliar dolar AS kini telah menjadi 27 miliar dolar AS. Setelah nikel, sambung Erick, pemerintah juga akan mendorong hilirisasi bauksit.
"Saya selalu menekankan kepada direksi BUMN, kita tidak anti asing, tapi kita juga mau kerja sama atau kemitraan yang terjalin harus win-win, bukan justru merugikan," ucap Erick.
Mantan Presiden Inter Milan tersebut mengatakan BUMN berkomitmen penuh melakukan akselerasi hilirisasi dan industrialisasi.
Erick telah membentuk PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) pada Maret 2021 sebagai ekosistem pengembangan baterai kendaraan listrik yang terintegrasi.
Bagi Erick, hilirisasi dan industrialisasi akan menjadi salah satu fondasi utama bagi perekonomian Indonesia ke depan.
Erick tak ingin Indonesia terlambat melangkah lagi dalam mengoptimalkan kekayaan alam untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.
"Contoh lain kalau kita lihat, wilayah kita itu sekitar 75 persennya lautan, tapi sampai saat ini proses industrialisasi bidang kelautan dan perikanan tidak lebih dari lima persen. Belum lagi potensi besar pada sektor agrikultur. Ini merupakan tantangan dan peluang yang harus kita atasi bersama," kata Erick.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat