Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Keras, Kader PDIP Tolak Tuduhan Jokowi Kasih Dukungan ke Capres Tertentu

Keras, Kader PDIP Tolak Tuduhan Jokowi Kasih Dukungan ke Capres Tertentu Presiden Joko Widodo berpidato usai menyerahkan kredit usaha rakyat (KUR) klaster kepada pelaku UMKM di Istana Negara, Jakarta, Senin (19/12/2022). Presiden Joko Widodo menyalurkan KUR klaster kepada usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dengan plafon hingga Rp500 juta per pelaku usaha. | Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Warta Ekonomi, Jakarta -

Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak pernah menyebut mendukung pencalonan siapa pun untuk menjadi presiden, kata politikus PDI Perjuangan (PDIP) Deddy Yevri Sitorus.

"Sejauh ini, Jokowi maupun Istana tidak pernah menyebut mendukung nama bakal calon mana pun, juga tidak pernah menunjukkan preferensi tunggal yang bisa dikatakan memihak atau mempromosikan calon," kata Deddy dalam keterangan yang diterima di Jakarta.

Baca Juga: Gerak-gerik Jokowi buat Depak Menteri dari NasDem Kebaca, Analis: Presiden Aslinya Galau

Bahwa Presiden beberapa kali menyampaikan gimmick atau metafora politik, tutur Deddy, itu hal yang wajar, menghibur, dan harusnya dianggap sebagai intermezo dalam demokrasi.

"Hampir semua pemimpin di negara demokrasi melakukan hal serupa dan tidak ada regulasi atau konstitusi yang dilanggar," kata Deddy.

Bagi Deddy, yang harus diawasi adalah apakah ada penggunaan elemen kekuasaan, anggaran, serta fasilitas negara yang dipakai untuk mempromosikan salah satu bakal calon.

Lebih lanjut, ia juga mengaku tidak melihat ada bukti yang menunjukkan adanya intervensi dari Istana maupun Presiden terhadap demokrasi.

"Saya tidak melihat ada bukti yang valid bahwa istana maupun Presiden melakukan intervensi apa pun yang dapat digugat, baik secara hukum maupun etika," kata Deddy.

Oleh karena itu, Deddy menyesalkan taktik berpolitik yang menuding Istana maupun Presiden Jokowi. Deddy menilai, seharusnya berbagai pihak dapat berpolitik dengan lebih elegan, fokus dalam memperbaiki partai, dan mempromosikan calon yang akan didukung.

"Janganlah bermain fitnah dan insinuasi, itu dosa dari sisi agama dan politik kotor yang merusak peradaban politik," kata Deddy.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: